Ketika Nabi Muhammad wafat pada tahun 632 Masehi, bukan hanya rasa duka yang menyelimuti para sahabat dan umat Muslim, tapi juga ketidakpastian. Nabi tidak meninggalkan wasiat politik formal tentang siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan umat. Dari sinilah konflik dimulai. Bukan karena para sahabat tidak mencintai Nabi atau tidak taat kepada agama, tapi karena mereka adalah manusia dengan pemikiran, pengalaman, dan kepentingan yang berbeda. Di Saqifah Bani Sa'idah, hanya beberapa jam setelah Nabi dimakamkan, para sahabat dari kaum Muhajirin dan Anshar berdebat tentang siapa yang pantas menjadi pemimpin. Abu Bakar akhirnya terpilih sebagai khalifah pertama. Tapi proses itu tidak berjalan tanpa protes. Beberapa sahabat, termasuk Ali bin Abi Thalib, merasa keputusan itu terlalu tergesa dan tidak melibatkan semua pihak. Perbedaan itu makin dalam setelah Abu Bakar wafat dan digantikan oleh Umar bin Khattab, lalu Utsman bin Affan, dan kemudian Ali bin Abi Thalib. Di masa Ali, pecahla...