Tawakal itu bukan soal pasrah tanpa usaha. Tapi lebih ke seni melepas, setelah kita berjuang sekuat tenaga. Dalam hidup, kita sering banget terlalu lekat sama hasil. Kita kerja keras, berharap hasil A. Kita bantu orang, berharap dibalas. Kita berdoa, berharap terkabul. Tapi ketika hasilnya nggak sesuai, hati rasanya remuk. Padahal inti dari tawakal adalah: kita lakukan bagian kita, dan sisanya bukan urusan kita lagi.
Terlalu lekat pada hasil itu bikin hidup jadi penuh tekanan. Setiap langkah jadi berat karena kita merasa harus “sukses” dengan cara tertentu. Padahal, kadang semesta punya jalur lain yang lebih baik, tapi kita terlalu sibuk menuntut hasil versi kita sendiri. Tawakal mengajarkan kita untuk fokus pada proses, bukan semata hasil.
Kata Kahlil Gibran, “Kerja adalah cinta yang menjadi nyata.” Tapi cinta sejati nggak memaksa untuk dibalas. Begitu juga kerja keras dan harapan. Kita lakukan karena cinta, bukan karena jaminan hasil. Tawakal bukan berarti nggak peduli, tapi justru peduli sepenuhnya pada proses—dan merelakan hasilnya berjalan sesuai kehendak yang lebih besar.
Tawakal bikin kita lebih ringan, karena kita nggak lagi menggenggam terlalu erat. Kita belajar bilang, “Aku sudah berusaha, dan sekarang aku percaya.” Karena ketika kita terlalu lekat pada hasil, kita jadi budak ekspektasi. Tapi saat kita bisa melepaskan, kita jadi lebih bebas.
Dan mungkin, di titik itu, kita benar-benar merdeka.
Komentar
Posting Komentar