Coba deh pikirin pelan-pelan: kita sering banget nyebut nama Tuhan, berdoa, menyembah, bahkan berdebat tentang siapa Tuhan yang paling benar. Tapi pernah nggak sih, kita sadar bahwa Tuhan nggak pernah benar-benar memperkenalkan diri secara langsung? Kita kenal Tuhan lewat apa? Kitab suci, ajaran agama, petuah orang tua, dan ceramah-ceramah yang katanya bersumber dari wahyu. Tapi apakah itu benar-benar Tuhan? Atau cuma tafsir manusia tentang Tuhan?
Dalam filsafat, ini mirip kayak kritiknya Feuerbach: “Tuhan adalah proyeksi ideal manusia.” Kita menciptakan gambaran Tuhan sesuai nilai dan kebutuhan kita. Bahkan Nietzsche lebih blak-blakan, katanya Tuhan sudah mati, karena manusia udah menggantikan Tuhan dengan ideologi dan rasionalitas. Tapi jauh sebelum itu, Socrates aja udah nyindir, bahwa pengakuan manusia tentang pengetahuan kadang cuma ilusi. Termasuk pengetahuan kita soal Tuhan.
Kita bisa baca ratusan kitab, ikut ribuan ritual, tapi apakah kita sungguh-sungguh mengenal Tuhan? Atau cuma kenal konsep tentang Tuhan? Karena yang kita tahu hanyalah cerita-cerita yang diwariskan, bukan pengalaman langsung. Tuhan jadi seperti tokoh besar yang semua orang bicara soal Dia, tapi nggak ada yang benar-benar pernah ketemu langsung.
Mungkin, mengenal Tuhan bukan soal tahu definisinya, tapi soal menyadari bahwa kita nggak tahu. Kesadaran akan ketidaktahuan itu bukan kelemahan, tapi justru titik awal dari kebijaksanaan. Kita berhenti menghakimi keyakinan orang lain, dan mulai berjalan dengan rendah hati. Mungkin, tugas kita bukan untuk mengenal Tuhan secara utuh, tapi untuk menjadi manusia yang nggak sok tahu tentang-Nya.
Komentar
Posting Komentar