Kecemasan itu sering datang tiba-tiba, seolah nggak ada angin, nggak ada hujan, tapi jantung mendadak deg-degan, pikiran kemana-mana. Rasanya seperti dikejar sesuatu, padahal kita lagi duduk diam. Salah satu cara sederhana tapi sering diremehkan untuk meredakannya adalah: mengamati pikiran.
Mengamati pikiran bukan berarti menolak atau mengusirnya. Tapi duduk tenang, lalu melihat pikiran itu seperti awan yang lewat. Kita jadi penonton, bukan pemain. Psikolog seperti Jon Kabat-Zinn menyebut ini sebagai mindfulness, yaitu hadir utuh di momen sekarang tanpa menghakimi. Dan ternyata, ini ampuh untuk gangguan kecemasan, karena kita diajak berhenti bereaksi dan mulai menyadari.
Osho, lewat meditasi aktifnya, bilang: "Jangan perangi pikiranmu. Biarkan mereka lewat. Duduk saja dan saksikan. Dalam pengamatan itu, muncul kebebasan." Kita diajak untuk tidak melawan pikiran, tapi berdamai dengannya.
Masalahnya, kebanyakan dari kita terlalu sibuk terlibat dalam isi pikiran. Kita percaya bahwa semua yang muncul di kepala itu nyata dan penting. Padahal, banyak yang cuma ilusi — kekhawatiran yang belum tentu kejadian.
Mulailah dari hal kecil: lima menit duduk diam, tarik napas, perhatikan pikiranmu. Jangan nilai, cukup amati. Semakin sering dilakukan, semakin kita sadar bahwa kita bukan pikiran itu. Kita lebih besar dari cemas yang lewat. Kita bukan badai, kita langitnya. Dan di langit yang luas, semua awan — termasuk pikiran yang menyesakkan — akan berlalu juga.
Komentar
Posting Komentar