Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Agama

Doa Antara Keyakinan, Harapan, dan Realitas

Pernah nggak sih kamu ngerasa udah doa tiap malam, minta ini itu, tapi hasilnya nihil? Nggak ada perubahan signifikan, nggak ada jawaban “ajaib” yang datang tiba-tiba? Nah, dari situ muncul pertanyaan: seefektif apa sih doa terhadap terwujudnya keinginan? Secara psikologis, doa bisa dibilang bukan sekadar “permintaan” ke langit, tapi lebih ke bentuk refleksi diri. Doa membantu seseorang merasa lebih tenang, lebih terkoneksi dengan harapan, dan lebih siap menghadapi kenyataan. William James, filsuf sekaligus psikolog, pernah bilang bahwa doa itu bukan soal mengubah Tuhan, tapi mengubah si pendoa itu sendiri. Artinya, doa bikin kita lebih fokus, lebih sabar, dan kadang lebih kuat menghadapi kenyataan—meskipun kenyataannya nggak sesuai keinginan. Sementara itu, dari sisi sains, studi oleh Harvard Medical School menunjukkan bahwa doa atau spiritual practice bisa menurunkan stres dan meningkatkan sistem imun. Tapi kalau ngomongin doa bisa langsung mewujudkan keinginan? Hasilnya mixed. Beber...

Konflik Para Sahabat Setelah Wafatnya Nabi

Ketika Nabi Muhammad wafat pada tahun 632 Masehi, bukan hanya rasa duka yang menyelimuti para sahabat dan umat Muslim, tapi juga ketidakpastian. Nabi tidak meninggalkan wasiat politik formal tentang siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan umat. Dari sinilah konflik dimulai. Bukan karena para sahabat tidak mencintai Nabi atau tidak taat kepada agama, tapi karena mereka adalah manusia dengan pemikiran, pengalaman, dan kepentingan yang berbeda. Di Saqifah Bani Sa'idah, hanya beberapa jam setelah Nabi dimakamkan, para sahabat dari kaum Muhajirin dan Anshar berdebat tentang siapa yang pantas menjadi pemimpin. Abu Bakar akhirnya terpilih sebagai khalifah pertama. Tapi proses itu tidak berjalan tanpa protes. Beberapa sahabat, termasuk Ali bin Abi Thalib, merasa keputusan itu terlalu tergesa dan tidak melibatkan semua pihak. Perbedaan itu makin dalam setelah Abu Bakar wafat dan digantikan oleh Umar bin Khattab, lalu Utsman bin Affan, dan kemudian Ali bin Abi Thalib. Di masa Ali, pecahla...

Fenomena Hijrah, Lebih Dekat dengan Agama atau Menjadi Sosok yang Menyebalkan?

Titik hijrah seseorang bisa menjadi momen penting dalam hidup. Banyak yang mengalami perubahan besar, baik dari segi pemikiran maupun penampilan, ketika mereka merasa lebih dekat dengan agama. Mereka mulai mengenakan pakaian yang lebih sesuai dengan ajaran agama, menghindari hal-hal yang dianggap tidak islami, dan lebih sering mengajak orang lain untuk mengikuti jalan yang mereka yakini paling benar. Perubahan ini sering kali didorong oleh keinginan tulus untuk menjadi lebih baik dan mendapatkan hidayah. Namun, hijrah tidak selalu menjadi patokan bahwa seseorang otomatis menjadi lebih baik. Kadang, orang yang baru berhijrah bisa menjadi sosok yang menyebalkan karena merasa paling benar sendiri. Mereka mungkin cenderung menyalahkan dan menghakimi orang lain yang belum berhijrah, tanpa mempertimbangkan perjalanan spiritual setiap individu berbeda-beda. Sebagai contoh, seorang teman yang dulu dikenal santai dan fleksibel tiba-tiba berubah drastis setelah berhijrah. Dia kini sering memberi...

Agama Kuburan

“Agama kuburan” sering kali merujuk pada praktik keagamaan yang berkaitan dengan makam leluhur atau tokoh-tokoh suci. Meskipun terdengar kuno, praktik ini masih sangat hidup di banyak komunitas. Di sini, kuburan bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, melainkan menjadi pusat spiritualitas dan tempat mencari berkah. Pernahkah kamu melihat orang berkumpul di makam seorang wali atau tokoh terhormat, membawa bunga, dan berdoa dengan khusyuk? Mereka berharap agar ruh orang yang dimakamkan itu bisa menjadi perantara doa mereka kepada Tuhan. Ini adalah cerminan dari keyakinan bahwa tempat tersebut memiliki kekuatan khusus, semacam aura sakral yang bisa membawa kedamaian dan perlindungan. Mengapa orang masih melakukan ini di era modern? Jawabannya sederhana: koneksi dengan masa lalu memberikan rasa ketenangan dan kontinuitas. Di tengah dunia yang terus berubah, ziarah ke makam menawarkan sesuatu yang tetap dan akrab. Praktik ini juga memberikan kesempatan untuk merefleksikan kehidupan, m...

Bid'ah adalah Inovasi

Bid'ah, dalam pandangan tradisional, sering dianggap sebagai inovasi dalam agama yang tidak sesuai dengan praktik Nabi Muhammad. Namun, Emha Ainun Nadjib, atau Cak Nun, menawarkan perspektif yang lebih fleksibel dan inklusif. Menurut Cak Nun, tidak semua bid'ah otomatis berarti negatif. Ia berpendapat bahwa konteks, niat, dan manfaat dari inovasi tersebut harus dipertimbangkan sebelum memberikan label bid'ah yang menyimpang. Cak Nun menekankan pentingnya niat di balik suatu amalan baru. Jika tujuan dari inovasi tersebut adalah untuk membawa kebaikan, meningkatkan pemahaman agama, dan memperkuat iman umat, maka hal itu bisa dianggap positif. “Bid’ah yang baik adalah yang mendatangkan maslahat, membawa pada kebaikan dan kedekatan kepada Allah,” ujar Cak Nun dalam salah satu ceramahnya .  Dalam konteks modern yang penuh dengan perubahan dan tantangan baru, Cak Nun mengajak umat Islam untuk tidak kaku dalam menilai amalan-amalan yang dianggap sebagai bid'ah. Ia melihat fle...

Menafsir Ulang Khilafah

Farag Foda, dalam bukunya "Kebenaran dan Kepalsuan Khilafah", menyoroti ketidakselarasan antara idealisasi khilafah dan realitas historisnya. Buku ini mengajak kita untuk menafsirkan ulang konsep khilafah yang sering diglorifikasi oleh beberapa kelompok sebagai puncak kejayaan Islam yang harus dihidupkan kembali. Foda menguraikan sejarah khilafah dari masa awal Islam hingga kejatuhannya, menyoroti berbagai konflik internal, penyalahgunaan kekuasaan, dan kesenjangan antara prinsip-prinsip Islam dengan praktik politik masa itu. Foda menentang pandangan romantis yang menganggap khilafah sebagai model pemerintahan yang ideal dan mengajukan argumen bahwa kebangkitan kembali khilafah dalam konteks modern bukanlah solusi untuk tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Muslim saat ini. Ia menekankan bahwa sejarah khilafah penuh dengan pergulatan kekuasaan dan penyelewengan, yang tidak mencerminkan nilai-nilai keadilan dan moralitas yang sebenarnya diajarkan dalam Islam. Menurut Foda, u...

Pluralisme menurut Perspektif Gusdur

Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, mengemukakan pluralisme sebagai prinsip penting dalam kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia. Dalam karyanya “Islamku, Islam Anda, Islam Kita”, ia menekankan bahwa pluralisme bukan hanya tentang toleransi, tetapi juga tentang penerimaan dan penghargaan terhadap keberagaman. “Pluralisme adalah pengakuan akan kenyataan bahwa ada banyak jalan menuju Tuhan,” tulisnya, menggambarkan visinya tentang kebersamaan yang mengakui perbedaan sebagai bagian integral dari kehidupan. Gus Dur memandang masalah utama dalam masyarakat adalah kecenderungan untuk memaksakan pandangan tunggal yang homogen, yang dapat memicu konflik dan ketegangan antar kelompok. Dia mengkritik pemahaman sempit yang berusaha mengingkari keberagaman yang ada. Menurutnya, solusi dari masalah ini adalah penerimaan aktif terhadap pluralisme, yang berarti tidak hanya mengizinkan perbedaan, tetapi juga merayakan keunikan setiap kelompok. Dalam perjalanannya sebagai pemimpin, Gus Dur mendoron...

Liberalisme dalam Islam

Ulil Abshar Abdalla, tokoh terkemuka dalam wacana liberalisme Islam di Indonesia, memperkenalkan pendekatan segar terhadap ajaran Islam yang menekankan kebebasan berpikir dan reinterpretasi teks-teks suci. Dalam pandangannya, liberalisme dalam Islam adalah upaya untuk membaca Al-Qur'an dan Hadis dengan mempertimbangkan konteks zaman dan kondisi sosial yang terus berubah. “Islam harus selalu ditafsirkan ulang agar tetap relevan dengan perkembangan zaman,” ujarnya dalam sebuah wawancara. Ulil melihat masalah utama dalam pendekatan tradisional terhadap Islam adalah kecenderungan untuk berpegang teguh pada tafsir yang kaku dan tekstualis. Menurutnya, hal ini dapat menghambat kemajuan dan mengisolasi umat Islam dari dinamika sosial dan intelektual global. “Kita tidak bisa memaksakan pemahaman abad ke-7 pada abad ke-21 tanpa mempertimbangkan perubahan konteks,” tegasnya. Sebagai solusinya, Ulil mengadvokasi metode penafsiran yang lebih dinamis dan kontekstual. Ia mengajak umat Islam untu...

Sekulerisme dalam Islam

Nurcholish Madjid, yang lebih dikenal sebagai Cak Nur, menonjol sebagai salah satu pemikir Muslim yang mempopulerkan gagasan sekularisme dalam konteks Islam Indonesia. Dalam pandangannya, sekularisme bukanlah penolakan terhadap agama, melainkan upaya untuk memisahkan kekuasaan agama dari politik guna menciptakan masyarakat yang adil dan rasional. “Sekularisme dalam Islam bukan berarti mengabaikan agama, tetapi menjadikan agama sebagai nilai-nilai moral yang memandu kehidupan, bukan sebagai alat kekuasaan,” tulisnya dalam *Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan*. Bagi Cak Nur, pentingnya sekularisme terletak pada upayanya untuk menjaga kesucian agama dari kontaminasi politik. Dengan memisahkan urusan agama dari pemerintahan, masyarakat dapat memastikan bahwa kebijakan publik didasarkan pada alasan yang rasional dan adil bagi semua, bukan hanya bagi satu kelompok agama tertentu. Sekularisme, menurutnya, adalah tentang melindungi agama dari korupsi politik dan menjaga pluralisme dalam masya...

Kritik Terhadap Tradisionalisme

Jamal al-Banna, seorang reformis Islam terkemuka yang juga adik kandung dari Hasan al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin, mengarahkan kritik tajam terhadap tradisionalisme dalam Islam, yang menurutnya menghambat kemajuan umat Muslim di dunia modern. Dia menilai bahwa pemahaman tekstual yang kaku terhadap Al-Qur'an dan Hadis telah mengarah pada stagnasi intelektual dan sosial. Salah satu kutipan terkenalnya menyoroti pandangan ini: “Tradisionalisme tidak lebih dari pengabdian pada warisan masa lalu yang membelenggu, tanpa keberanian untuk merefleksikan perubahan zaman.” Dalam pandangan al-Banna, umat Muslim harus berani merevisi pemahaman agama untuk tetap relevan dengan konteks zaman yang terus berubah. Al-Banna berpendapat bahwa banyak interpretasi tradisional lebih bersifat budaya daripada teologis. Dia menegaskan bahwa banyak aturan dan praktik yang dianggap islami sebenarnya merupakan produk sejarah dan budaya tertentu, bukan prinsip-prinsip agama yang universal. Menurutnya, “Kita...

Polemik Gelar Habib Mulai Sejarah Hingga Penyalahgunaannya

Gelar "Habib" dalam tradisi Islam, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, memiliki konotasi yang kuat dan dihormati. Gelar ini pada awalnya diberikan kepada keturunan Nabi Muhammad yang diharapkan menjadi panutan dalam kehidupan spiritual dan sosial. Namun, dalam praktiknya, tidak semua yang menyandang gelar ini layak untuk diikuti. Fenomena penyalahgunaan gelar habib menjadi isu yang semakin meresahkan, terutama ketika gelar tersebut digunakan untuk menciptakan figur otoritas, mengambil keuntungan, dan mengendalikan umat. Sejarah awal mula gelar habib bermula dari keturunan Sayyid di Hadramaut, Yaman, yang dikenal sebagai pemuka agama dengan ilmu yang mendalam dan perilaku yang patut dicontoh. Mereka bermigrasi ke Nusantara dan diterima dengan baik oleh masyarakat lokal, yang kemudian memberikan gelar kehormatan ini. Namun, seperti yang diungkapkan oleh Musa Kazhim Alhabsyi dalam bukunya Identitas Arab Itu Ilusi , gelar ini sering kali dipakai sebagai simbol status yang ...

8 Alasan Psikologis Mengapa Mereka Terlalu Fanatik

Gelombang fenomena hijrah semakin digandrungi banyak pemuda, selain karena dipopulerkan oleh kalangan artis dan influencer, gaya dakwah yang gaul dan menyentuh hati membuat pemuda tergerak untuk mempelajari agam lebih baik lagi. Beberapa ada yang menjadikan momentum hijrahnya fokus memperbaiki diri sendiri tanpa sibuk menyalahkan orang lain, sedangkan di sekelompok lainnya semangat hijrahnya digunakan untuk sering menyalahkan orang lain dengan label bid'ah, syirik dan masuk neraka. Penasaran apa yang melatarbelakangi mereka sehingga menjadi orang yang terlalu fanatik, saklek dan suka menyalahkan orang lain yang sering terlihat pada orang yang baru hijrah mengenal agama dapat dijelaskan melalui beberapa perspektif psikologis dan sosiologis: 1. Kognisi Hitam-Putih (Black-and-White Thinking) Ketika seseorang baru mengenal agama atau melakukan perubahan besar dalam hidup, mereka seringkali melihat dunia dalam istilah yang sangat sederhana dan absolut. Ini dikenal sebagai kognisi hitam-...

What's Your Religion?

Pertanyaan apa agama kamu ini sebenarnya penting dan kadang tidak penting juga. Bukan urusan orang lain bahkan kehadiran negara bukan untuk mengurusi agama seseorang. Negara mengatur agama sebatas urusan data kependudukan untuk keperluan pernikahan dan kematian. Dalam pernikahan dan kematian ada tata cara atau tradisi yang berbeda, diadakan di rumah ibadah agama tertentu, dan seterusnya. Agama dianggap penting karena khususnya di Indonesia, identifikasi agama dianggap penting untuk memastikan orang tersebut punya agama atau tidak, tidak heran kalau kolom agama di kartu identitas penduduk harus ada dan pencarian yang paling ramai di google menanyakan apa agama artis yang membuat kita penasaran. Agama merupakan ruang privasi dan hak individu, sehingga agama bukan berada di domain publik. Orang lain tidak wajib mengetahui agama seseorang, cukup dirinya saja yang mengetahuinya. Kalaupun dipaksa untuk memberitahu identitas agamanya, kita bisa menolaknya namun juga dianggap hal yang biasa s...

Kewahabi-Wahabian

Tidak sedikit yang takut dan nyalakan tanda bahaya dengan keberadaan tokoh dan ajaran wahabi yang dianggap bisa melunturkan tradisi islam ala nahdliyin (NU). Saya punya pengalaman sedikit di bangku sekolah melihat langsung perkembangan Salafy Wahabi di Indonesia, bukan hanya jadi pengamat yang julid menyinyir namun ikut duduk dalam taklim rutin dan membaca buku-buku mereka. Tidak tanggung-tanggung istri saya pun pernah mengajar di sekolah yang menjadi basis Salafy Wahabi terbesar di kota saya bermukim. Kiranya beberapa bukti dan pengalaman ini bisa saya ajukan sebagai sharing bahwa mereka memang punya ajaran yang boleh diwaspadai tetapi jangan terlalu berlebihan juga. Di dalam tubuh Salafy Wahabi sendiri mengalami perpecahan di kalangan tokohnya, adanya perbedaan pengambilan pendapat dalam perkara cabang. Detailnya tidak saya jelaskan di sini, yang pasti mereka terbagi beberapa bagian dan yang paling besar juga populer adalah Salafy Wahabi dari Radio Ar Rodja, di kemudian hari muncul t...

Antara Penolakan Metamorfoshow HTI dan Pengusiran Kajian Syafiq Basalamah

Melihat bagaimana perlakuan dikriminatif mereka yang mengusung khilafah dan paham wahabi, rasa empati saya tiba-tiba ikut merasakan penolakan dan pelarangan terhadap ajaran dan tokoh agama. Mengenal lebih dekat HTI tidak cukup dari katanya, saya melihat secara langsung meriahnya acara Konferensi Khilafah Internasional yang di adakan di Gelora Bung Karno. Saya datang bersama beberapa teman dari daerah untuk meramaikan bagaimana HTI mampu mendatangkan massa yang banyak. Begitupun ketika mengenal paham wahabi salafy, interaksi langsung dengan pendakwahnya, saya diajarkan ilmu bahasa arab, nahwu dan sharaf secara intensif. Mengikuti kajian salafy di luar kota lengkap dengan baju gamis beserta celana cingkrangnya. Benar HTI masih mengusung khilafah islamiyah dan jangan dipungkiri Syafiq Basalamah tokoh wahabi di Indonesia. Tetapi kebebasan mereka dalam menyebarkan paham dan ajaran yang dianggap baik, selama tidak melanggar hukum, kita tidak usah sampai menolak dan sampai mengusirnya. Kita ...

Merasakan Kembali Vibes Pengajian di Masjid Pemuda Hijrah

Malam minggu sebelum waktu sholat isya saya langsung bergegas ke Masjid yang menjadi pusat pergerakan Pemuda Hijrah di kota Serang dan sekitarnya. Sesuai dengan perhitungan saya, sampai di pakiran masjid gema azan waktu sholat isya sudah berkumandang dan saya langsung mengambil shaf pertama untuk melakukan sholat sunnah qobliyah. Tidak disangka tepat di sebelah kanan saya ada senior di lembaga dakwah kampus yang terkenal dengan semangat poligaminya, sampai dia menamakan dirinya Abu Ta'adud yanga artinya bapak poligami. Sengaja saya menundukkan kepala dan tidak mau disapa bersalaman dengannya, pikir saya akan ribet berurusan dengan Abu Ta'adud ini. Masjid yang terbilang kecil ini dipadati para pemuda dan pemudi hijrah, tampilan wajah mereka masih belasan dan 20an tahun, semangat mereka lagi bagus-bagusnya untuk mau hadir pengajian di malam minggu. Sekalian membawa pacarnya, pengajian ini bagus untuk tempat ngedate yang islami, semacam pacaran islami yang ngedatenya aja di masjid...

Mengenali Tuhan Tanpa Nama

Ketika ingin mengenali diri sendiri, biasanya Tuhan dibawa untuk diikutsertakan dikenali juga. Siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Hubungan diri dan Tuhan ini memiliki keterikatan yang kuat, sehingga diri dan Tuhan berdampingan sebagai objek yang dikenali oleh manusia. Apakah Tuhan dan diri ini kedudukannya setara atau ada yang lebih tinggi? pada umumnya mengatakan Tuhan punya kedudukan lebih tinggi, sedangkan manusia berada di bawahnya. Tuhan adalah tuan dan manusia adalah hamba. Lain lagi yang mengatakan bahwa Tuhan dan manusia adalah kesatuan yang tidak terpisahkan. Manunggaling kawula lan gusti yang artinya menyatunya antara manusia sebagai hamba dan Tuhan. Di dalam diriku ada Tuhan dan di dalam diri Tuhan ada Aku. Lantas siapa Aku? Jika aku adalah Roby Martin, terus siapa nama Tuhan? Bukankan keindahan bunga mawar itu terletak pada wanginya, bukan terdapat pada namanya. Saya rasa keindahan Tuhan bukan terdapat dari namanya, namun ada pada sifat-sifat mulia dala...

Realita Tuhan

Sejak kecil kita semua diberikan gambaran mengenai Tuhan dengan versi agamanya masing-masing. Keberadaan Tuhan adalah sosok yang dibentuk oleh persepsi pikiran manusia supaya mudah masuk dalam nuansa khusyu ketika melakukan ritual sembahyang. Sifat dan tindakan Tuhan kita berikan label yang serba maha. Maha pengasih, maha penyayang, maha pengampun dan maha-maha lainnya yang pantas diberikan sosok mulia yang kita sembah serta sujud kepadanya. Pemberian wujud sosok, sifat dan tindakan ini benar-benar mempermudah manusia untuk bisa yakin akan keberadaan Tuhan. Tanpa itu semua kita akan kesulitan dalam membayangkan dan merasakan kebesaran Tuhan. Pikiran butuh detail mengenai Tuhan yang ia sembah. Perasaan harus bisa hanyut terhadap rasa takluk dan takjub kepada sosok, sifat dan tindakan Tuhan yang serba maha tersebut. Manusia membutuhkan sandaran kepada sosok yang dianggap maha pencipta, menciptakan manusia, bumi dan beserta segala isinya. Manusia butuh keyakinan yang kuat dalam menghamba ...

Boikot Diri Sendiri

Seruan boikot produk-produk yang berafiliasi dengan Israel sudah sampai taham fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), dengan kata lain umat Islam Indonesia mendapatkan ajakan untuk secara tegas tidak membeli produk yang datanya sudah diumumkan oleh MUI. Tahun 2000an usaha memboikot tersebut pernah saya teriakan di jalanan ketika mengikuti Aksi Bela Palestina dan baru bisa mengurangi hingga memilih produk yang tidak ada afiliasinya dengan Israel, lebih baik lagi buatan asli Indonesia dan dikembangkan oleh umat Islam. Sekarang sudah diperkuat dengan fatwa MUI, sayangnya saya belum bisa melakukannya kembali dengan alasan sederhana di tempat saya lebih mudah dan murah barang yang berada dalam data boikot tersebut. Kalau MUI ingin memberikan fatwa, sebaiknya berikan juga solusi alternatif, kemudahan mendapatkan produknya dan harga yang terjangkau bagi pembeli, lebih bagus lagi jika bisa lebih murah dan berkualitas. Sayangnya MUI berhenti di fatwa bukan dikebijakan pemerintah. MUI merupakan org...

Jangan Mengejar Dunia Sampai Melupakan Akhirat

Awal mendengar dan membaca orang yang mengatakan dunia sementara dan akhirat selamanya, jadi ingat juga ungkapan jangan sampai mengejar dunia yang fana namun melupakan akhirat yang abadi. Banyak sekali ungkapan-ungkapan yang memotivasi orang untuk mengutamakan negeri akhirat atau minimal bisa menyeimbangkan dunianya baik dan akhiratnya juga baik. Kita hidup di dunia ini mau tidak mau akan lebih fokus kepada dunia yang sedang dijalani. Pada kenyataannya hidup kita di dunia ini adalah tempat tinggal yang sedang dipijak dan akhirat adalah tempat yang jauh di sana dimana kita sendiri tidak tahu seperti apa dan bagaimana kenyataannya. Daripada kita mengkhawatirkan kehidupan di akhirat nanti, lebih baik menjadikan dunia dan akhirat ini sebagai kesatuan yang membuat kita berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Kekhawatiran mengenai negeri akhirat sebaiknya kita alihkan dengan melakukan yang terbaik di dunia ini. Berbuat baik ini bisa dengan melakukan kebaikan terus menerus kepada orang lain...