Kalau hidup itu jalan tol, mungkin semua orang sudah cepat sampai ke tujuan tanpa capek. Sayangnya, hidup lebih mirip jalan kampung: berliku, berlubang, kadang mendaki, kadang terperosok. Kadang kita merasa sedang di atas angin, besoknya malah dihantam kenyataan. Seperti kata Heraclitus, “Satu-satunya yang tetap adalah perubahan.”
Saya pernah punya teman semasa sekolah, yang dulu kalau bercita-cita mau jadi Penyanyi terkenal. Sekarang? Ia lebih bahagia jadi barista di kafe kecil. Bukan karena gagal, tapi karena hidup mengajaknya berbelok. Begitulah hidup: siapa pun bisa berubah, bahkan orang yang paling kita kira akan tetap sama.
Kehidupan itu misteri. Kita bisa merancang rencana A sampai Z, tapi hidup suka iseng membelokkan arah ke huruf lain yang bahkan tak kita kenal. Banyak yang merasa aneh saat dulu bercita-cita besar, kini cukup puas menikmati hal-hal kecil. Ada juga yang dulunya santai, kini sibuk mengejar sesuatu yang bahkan dirinya pun belum benar-benar paham.
Contohnya saya sendiri. Dulu berpikir hidup itu harus mapan di umur sekian, punya ini-itu, lalu bahagia. Tapi makin ke sini, makin sadar: hidup itu bukan tentang sampai, tapi tentang terus berjalan. Kadang berlari, kadang jalan pelan, kadang jatuh, kadang duduk diam.
Maka, daripada sibuk mencari jawaban pasti dari hidup yang misterius ini, mungkin lebih bijak kalau kita menikmati saja ketidakpastiannya. Seperti yang dikatakan Rainer Maria Rilke, “Hiduplah dalam pertanyaan-pertanyaan.” Karena kadang, jawaban bukan untuk ditemukan, tapi untuk dilalui.
Komentar
Posting Komentar