Dalam beberapa dekade terakhir, pesantren sering dipuji sebagai benteng moral bangsa—tempat menimba ilmu agama sekaligus menempa akhlak. Namun, di balik keteduhan kehidupan santri yang tampak patuh dan berdisiplin, ada satu persoalan yang jarang dibicarakan secara terbuka: budaya feodalisme di lingkungan pesantren. Feodalisme ini muncul ketika penghormatan terhadap kyai atau ustadz berubah menjadi bentuk ketaatan absolut, tanpa ruang bagi santri untuk berpikir kritis atau berdialog terbuka. Dalam sistem tradisional pesantren, kyai dianggap sebagai sosok yang suci dan tak pernah salah. Segala ucapan dan perintahnya diterima sebagai kebenaran mutlak. Santri yang berani bertanya bisa dicap kurang ajar, dan yang mengkritik bisa dianggap durhaka. Akibatnya, suasana intelektual yang seharusnya tumbuh dalam semangat tafaqquh fiddin—mendalami agama dengan akal dan hati—malah tenggelam oleh budaya hierarki dan kepatuhan membabi buta. Padahal, Islam sendiri menekankan pentingnya berpikir dan men...