Di dunia yang gemar pesta dan gemerlap, kita sering diajari bahwa semua hal butuh dirayakan. Ulang tahun, kenaikan jabatan, kelulusan, bahkan putus cinta pun ada yang bikin pesta. Tapi, seiring waktu dan pengalaman, saya makin yakin: tidak semuanya harus dirayakan. Ada hal-hal yang cukup disimpan dalam hati, disyukuri dalam diam, tanpa kembang api dan undangan.
Kadang, pencapaian paling besar datang tanpa sorak-sorai. Seperti bisa bangun pagi setelah semalam bergulat dengan pikiran gelap. Atau keberanian untuk memutuskan sesuatu yang berat. Atau sekadar berhasil bertahan di hari yang rasanya ingin menyerah. Itu semua layak disyukuri, meski tidak harus dirayakan dengan pesta.
Ada juga peristiwa yang, justru dengan dirayakan, kehilangan maknanya. Seperti orang yang pamer keberhasilan tapi dalamnya kosong, atau merayakan cinta yang dipaksakan. Kita perlu belajar membedakan: mana yang benar-benar perlu dirayakan, dan mana yang cukup dinikmati dalam tenang. Karena tidak semua kebahagiaan butuh panggung. Ada yang justru lebih utuh ketika dirayakan dalam sunyi.
Perayaan tidak selalu identik dengan keramaian. Kadang, secangkir kopi sendirian, ditemani pikiran yang utuh, bisa jadi perayaan yang paling jujur. Dan dalam hidup yang terus bergerak, yang lebih penting bukan seberapa meriah kita merayakan, tapi seberapa tulus kita bersyukur.
Jadi, jika hari ini kamu merasa tidak punya alasan untuk berpesta, nggak apa-apa. Bisa bernapas, bisa merasa, bisa bertahan; itu sudah cukup. Karena ternyata, tidak semuanya harus dirayakan. Beberapa hal cukup untuk dirasakan… sepenuh hati.
Komentar
Posting Komentar