Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Spiritual

Tuhan Maha Asyik, Tapi Bukan Sok Asyik

Sujiwo Tejo, dengan cara pandangnya yang khas, menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang asyik, jauh dari bayangan Tuhan yang formal dan kaku. Dalam pandangan Sujiwo, Tuhan bukan hanya Maha Pengatur, tetapi juga Maha Asyik, sosok yang bisa kita ajak "ngobrol" dalam keintiman sehari-hari. Bagi Sujiwo, melihat Tuhan sebagai sosok yang asyik memberikan kedekatan spiritual yang lebih personal. “Kenapa harus takut sama Tuhan? Kalau kita merasa Tuhan itu asyik, hidup jadi lebih ringan,” katanya. Dalam buku dan penampilannya, Sujiwo sering menceritakan bagaimana Tuhan bisa ditemui dalam hal-hal kecil, dalam tawa, kesedihan, atau bahkan dalam secangkir kopi yang kita nikmati di pagi hari. Bayangkan, Sujiwo mengajak kita berbincang dengan Tuhan seolah-olah sedang mengobrol dengan sahabat karib. Tuhan, dalam pemahamannya, bukanlah sosok yang jauh di awan tinggi yang hanya bisa ditemui melalui ritual yang rumit. Sebaliknya, Tuhan hadir dalam setiap napas kita, dalam setiap langkah, dan dal...

Tanpa Doktrin dan Ikut Siapapun

Osho punya cara unik dalam menyampaikan pemikirannya. Dia bilang, “Saya tidak memiliki ajaran apa pun, doktrin apa pun, disiplin apa pun untuk diberikan kepada Anda.” Maksudnya apa, sih? Osho gak mau jadi guru yang ngajarin kita harus begini atau begitu. Sebaliknya, dia pengen kita bangun dan sadar—bukan dengan ikutin ajarannya, tapi dengan nemuin diri kita sendiri. Bagi Osho, ini bukan tentang mengajarkan sesuatu; ini kayak nyiram air dingin ke mata kita biar kita bangun dan lihat dunia dengan jelas.  Nah, kalau kita terbangun, apa yang terjadi? Osho bilang kita gak akan jadi duplikat dirinya, bukan kayak fotokopian yang serupa. Kita bakal jadi diri kita yang asli, bukan sekadar ngikutin cap Kristen, Hindu, atau Islam. Menurut Osho, setiap orang itu kayak bunga yang unik—punya bentuk, warna, dan aroma sendiri. Intinya, gak ada dua orang yang sama, dan setiap orang harus menemukan keunikannya sendiri tanpa terikat oleh label atau doktrin tertentu. Kenapa Osho ngomong gini? Dia perc...

Refleksi Tentang Keyakinan

J. Krishnamurti dalam "Buku Kehidupan" mengajak kita bertanya, apakah semangat kita tergantung pada keyakinan? Kita sering merasa antusias terhadap konser, olahraga, atau jalan-jalan. Tapi Krishnamurti menanyakan, apakah antusiasme ini cuma sementara? Kalau semangat kita bergantung pada hal-hal yang terus berubah, adakah energi yang bisa berdiri sendiri tanpa itu semua? Menurut Krishnamurti, kita sering memakai keyakinan untuk merasa bersemangat. “Kita butuh keyakinan untuk menghindari kenyataan yang tidak kita sukai,” katanya. Jadi, keyakinan itu jadi semacam pelarian dari fakta-fakta hidup yang nggak nyaman atau menyakitkan. Tapi, apakah kita benar-benar perlu keyakinan itu? Katanya, kita nggak perlu keyakinan untuk menerima kenyataan seperti matahari, gunung, atau sungai. Itu semua fakta nyata yang nggak bisa dibantah. Krishnamurti menantang kita untuk berpikir ulang, kenapa kita sering butuh keyakinan yang sebenarnya cuma untuk menghindari kenyataan. Menurutnya, kita seri...

Mati Sebelum Mati

Dalam tradisi sufisme Islam di Jawa, Syekh Siti Jenar dikenal dengan ajarannya yang mendalam dan kontemplatif mengenai hubungan antara manusia dan Sang Pencipta. Salah satu konsep paling berpengaruh dan kontroversial dalam ajarannya adalah mati sebelum mati (maut qabla al-maut). Konsep ini mengajak setiap individu untuk mencapai pemahaman spiritual yang lebih tinggi melalui kematian ego dan transformasi batin sebelum kematian fisik. Ajaran ini tidak hanya menantang cara berpikir konvensional tentang kehidupan dan kematian tetapi juga menawarkan cara untuk memahami makna sejati dari eksistensi manusia. 𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐩 𝐌𝐚𝐭𝐢 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐌𝐚𝐭𝐢 Syekh Siti Jenar mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi transisi menuju kesadaran yang lebih tinggi. Baginya, mati sebelum mati adalah proses spiritual di mana seseorang membebaskan diri dari keterikatan duniawi dan egois, mencapai keadaan kesadaran di mana keberadaan diri larut dalam kehadiran Ilahi. Dalam kitab Suluk Linglung yang...

Beyond God

Konsep Tuhan melampaui definisi dan batasan yang biasanya kita ciptakan melalui doktrin dan dogma. Krishnamurti menekankan bahwa pencarian spiritual membutuhkan keterbukaan dan kebebasan pikiran, bukan keterikatan pada keyakinan yang telah terbentuk sebelumnya. Mengenal Tuhan dengan prasangka atau penilaian berarti kita sudah membawa asumsi dan interpretasi yang dibatasi oleh pengalaman, pendidikan, dan budaya kita. Asumsi ini, menurut Krishnamurti, membentuk hijab yang menghalangi kita dari pemahaman yang mendalam dan autentik tentang apa yang sebenarnya kita cari. Dengan memproyeksikan keyakinan kita ke dalam konsep Tuhan, kita tidak benar-benar mencari Tuhan itu sendiri, tetapi hanya bayangan atau refleksi dari pemikiran kita. Krishnamurti menekankan pentingnya mendekati Tuhan dengan "pikiran bebas." Pikiran bebas ini adalah pikiran yang tidak terikat oleh doktrin, yang terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan baru, dan yang mampu melihat segala sesuatu dengan kejelasan ta...

Ketuhanan untuk Mengenal Tuhan Tidak Ada

Apakah Tuhan itu ada? Pertanyaan ini telah menggelitik pikiran manusia sejak zaman purba. Kita hidup dalam masyarakat yang begitu terobsesi dengan konsep Tuhan sebagai sosok otoritas yang mengatur segala urusan manusia. Namun, mari kita renungkan, apakah Tuhan benar-benar ada, ataukah itu hanya anggapan manusia? Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali melihat Tuhan sebagai entitas yang jauh di atas sana, mengawasi dan menghakimi setiap langkah kita. Kita menciptakan Tuhan dalam gambaran kita sendiri, memberikan-Nya sifat-sifat manusiawi seperti kemarahan, cinta, dan keadilan. Namun, apakah ini bukan sekadar refleksi dari ketakutan dan harapan kita sendiri? Jiddu Krishnamurti pernah mengatakan, “Truth is a pathless land.” Kebenaran adalah tanah tanpa jalan. Kita tidak dapat menemukannya melalui dogma atau kepercayaan yang diteruskan secara turun-temurun. Kebenaran harus ditemukan melalui pemahaman dan kesadaran diri. Bayangkan sebuah percakapan di sebuah desa. Seorang pria bertany...

Alam Kematian menurut Osho dan J. Krishnamurti

Osho dan Jiddu Krishnamurti adalah dua tokoh spiritual terkenal yang memiliki pandangan mendalam dan berbeda mengenai berbagai aspek kehidupan, termasuk kematian. Berikut adalah pandangan mereka mengenai kematian: Osho 1. Kematian sebagai Transformasi :    - Osho melihat kematian bukan sebagai akhir, melainkan sebagai transformasi. Baginya, kematian adalah perpindahan dari satu bentuk kehidupan ke bentuk lainnya, sebuah proses alami yang harus diterima dengan kesadaran dan tanpa rasa takut. 2. Penerimaan Kematian :    - Osho menekankan pentingnya menerima kematian sebagai bagian dari hidup. Ia mengajarkan bahwa ketakutan terhadap kematian berasal dari ketidaktahuan dan keterikatan pada ego. Dengan meditasi dan kesadaran, seseorang dapat melampaui rasa takut ini dan hidup lebih penuh. 3. Mati Setiap Saat :    - Osho sering berbicara tentang konsep "mati setiap saat," yang berarti melepaskan ego dan identitas lama untuk hidup dalam kesadaran yang baru setiap ...

Resistensi Penderitaan

Dalam perjalanan hidup, kita tak jarang dihadapkan pada rasa sakit, baik itu secara fisik maupun emosional. Saat kita berusaha melawan atau menolak rasa sakit itu, yang terjadi bukanlah penyembuhan, melainkan penambahan penderitaan pada beban yang sudah ada. Ketika kita menolak untuk menerima rasa sakit, kita akan menambahkan lapisan-lapisan penderitaan yang menyelimuti hati dan pikiran kita. Perlawanan terhadap rasa sakit seringkali memperkuat keberadaannya. Saat kita mencoba menghindari atau menolaknya, kita seakan memperpanjang masa penderitaan kita sendiri. Ini bukanlah berarti kita harus pasrah menerima semua rasa sakit tanpa usaha untuk memperbaikinya, namun lebih kepada bagaimana kita menyikapi dan merespons rasa sakit tersebut dengan bijaksana. Ketika kita mampu menghadapi rasa sakit dengan penuh kesadaran dan ketenangan, kita membuka pintu bagi proses penyembuhan yang alami. Dengan menerima kehadiran rasa sakit tanpa menambahkan lapisan-lapisan penderitaan melalui perlawanan, ...

Mengenali Tuhan Tanpa Nama

Ketika ingin mengenali diri sendiri, biasanya Tuhan dibawa untuk diikutsertakan dikenali juga. Siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Hubungan diri dan Tuhan ini memiliki keterikatan yang kuat, sehingga diri dan Tuhan berdampingan sebagai objek yang dikenali oleh manusia. Apakah Tuhan dan diri ini kedudukannya setara atau ada yang lebih tinggi? pada umumnya mengatakan Tuhan punya kedudukan lebih tinggi, sedangkan manusia berada di bawahnya. Tuhan adalah tuan dan manusia adalah hamba. Lain lagi yang mengatakan bahwa Tuhan dan manusia adalah kesatuan yang tidak terpisahkan. Manunggaling kawula lan gusti yang artinya menyatunya antara manusia sebagai hamba dan Tuhan. Di dalam diriku ada Tuhan dan di dalam diri Tuhan ada Aku. Lantas siapa Aku? Jika aku adalah Roby Martin, terus siapa nama Tuhan? Bukankan keindahan bunga mawar itu terletak pada wanginya, bukan terdapat pada namanya. Saya rasa keindahan Tuhan bukan terdapat dari namanya, namun ada pada sifat-sifat mulia dala...

Realita Tuhan

Sejak kecil kita semua diberikan gambaran mengenai Tuhan dengan versi agamanya masing-masing. Keberadaan Tuhan adalah sosok yang dibentuk oleh persepsi pikiran manusia supaya mudah masuk dalam nuansa khusyu ketika melakukan ritual sembahyang. Sifat dan tindakan Tuhan kita berikan label yang serba maha. Maha pengasih, maha penyayang, maha pengampun dan maha-maha lainnya yang pantas diberikan sosok mulia yang kita sembah serta sujud kepadanya. Pemberian wujud sosok, sifat dan tindakan ini benar-benar mempermudah manusia untuk bisa yakin akan keberadaan Tuhan. Tanpa itu semua kita akan kesulitan dalam membayangkan dan merasakan kebesaran Tuhan. Pikiran butuh detail mengenai Tuhan yang ia sembah. Perasaan harus bisa hanyut terhadap rasa takluk dan takjub kepada sosok, sifat dan tindakan Tuhan yang serba maha tersebut. Manusia membutuhkan sandaran kepada sosok yang dianggap maha pencipta, menciptakan manusia, bumi dan beserta segala isinya. Manusia butuh keyakinan yang kuat dalam menghamba ...

Jaringan Kerja Pikiran dan Jiddu Krishnamurti

Saya penasaran mengenai karya dari J. Krishnamurti yang menulis buku mengenai jaringan kerja pikiran. Saya coba membacanya sekilas dari referensi yang ada di internet mengenai isi buku tersebut, ternyata isinya seperti yang sering dijelaskan oleh guru saya bahwa memahami cara kerja dan sifat dari pikiran merupakan hal yang utama selain belajar mengenai kesadaran, ego, ambisi dan lainnya. Dalam dunia hipnosis dan kekuatan pikiran, pikiran selalu didewakan sebagai kekuatan ajaib yang bisa membawa manusia kepada kehebatan, kesaktian atau kemampuan yang ketika bisa memperkuatnya, kita akan bisa mencapai semua keinginan yang didapatkan. Berlainan dengan itu di dalam meditasi malah pikiran bukan jadi dewa atau tu(h)an, pikiran dihentikan sejenak. Ini bukan tentang cara mengentikannya, namun ini mengenai memahami sifat dan cara kerja pikiran, kemudian memandangnya. Memahami apa yang sering diceramahkan J Krishnamurti sejalan dengan yang saya pelajari selama ini yakni memahami sifat, cara kerj...

Ajaran, Budaya dan Teologi

Dalam agama ada tiga hal yang seringkali keberadaaanya tidak disadari dan mencampur adukan seolah berasal dari agama, padahal kalau mau kita telaah dan teliti lebih detail lagi bahwa ada yang namanya ajaran, budaya dan teologi. Untuk bisa mengidentifikasi apa itu ajaran, budaya dan teologi yang ada di dalam agama, kita harus mengetahui dan memisahkan terlebih dahulu mana yang masuk ke dalam kategori ketiganya. Jangan sampai kita gagal paham, yang membuat kita menyamaratakan semuanya berasal agama, padahal itu bagian dari ajaran, bukan bagian budaya dan teologi. Ini bagian budaya di dalam agama, bukan ajaran atau teologi. Begitupun dengan teologi pun terpisah dengan ajaran dan budaya. Sekarang kita coba perjelas dengan contoh ajaran yang ada di agama, sedekah atau berbagi dalam bentuk menyisihkan sebagian rezeki kita kepada orang lain, ajaran sedekah ini ada hampir di semua agama. Sebab ajaran ini bersifat universal, setiap agama memiliki kesamaan ajaran yang berisikan kebaikan yang uni...

Relaksasi Beragama

Jika selama ini kita beragama terlalu serius dan dianggap beban karena banyak tuntutan melakukan aturan agama yang ketat dan fanatik. Saya menawarkan konsep relaksasi beragama untuk memecah kekakuan, keseriusan dan kefanatikan yang tidak perlu. Saya mengatakan kefanatikan yang tidak perlu karena ada beberapa hal mengenai kefanatikan diperlukan dan ada kefanatikan yang sebaiknya dimusnahkan, contohnya seperti kita boleh fanatik membela agama namun jangan diartikan membela agama sampai membunuh dan memerangi semua orang kafir. Saya anggap relaksasi beragama ini penting bagi masyarakat muslim perkotaan yang memiliki ciri khas semangat beragama yang sering ikut-ikutan tren, lebih banyak belajar agama dari media sosial, berlebihan-lebihan dalam beragama (ghuluw) dan terkadang melupakan keindahan akhlak. Relaksasi beragama yakni cara pandang kita melihat agama sebagai sesuatu yang fleksibel dan menyenangkan, sehingga kita beragama tidak lagi melulu tentang menyalahkan mereka yang berbeda pah...

Pengalaman di Dunia Perhijrahan dan Latar Belakang Menulis Buku Ngerasa Paling Hijrah dan Suka Nyebelin

Pengalaman saya di dunia perhijrahan dimulai dari Sekolah Menengah Pertama awal mengikuti halaqoh dan membuat tim nasyid. Pernah menjadi Ketua Rohani Islam dan Ketua Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia semasa duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Saat Mahasiswa lumayan banyak ikutan organisasi mulai dari Lembaga Dakwah Kampus, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Laboratorium Dakwah Pemuda dan Pelajar, Pengisi Menthoring Agama Islam di sekolah-sekolah, Koordinator Little Madinah dan banyak lagi lainnya. Memang saya punya kapabilitas dan pengalaman yang lumayan di dunia pergerakan keislaman, sekadar adu ilmu agama boleh lah, kebetulan dulu suka diskusi dan debat dengan pergerakan islam yang ada di sekolah dan kampus. Ini semua saya share untuk mengetahui track record dan punya landasan dalam menulis buku yang bergenre islam. Latar Belakang menulis buku Ngerasa Paling Hijrah dan Suka Nyebelin adalah refleksi diri saya mengenai pengalaman, sudut pandang, konflik, saran, kritik da...

Spiritualitas Tanpa Tuhan dan Agama

Mereka yang mengaku belajar jalan spiritual akan menemui banyak hal yang menarik dalam hidupnya, terlepas mereka menggunakan Tuhan dan agama ataupun yang tidak sama sekali. Sebab penentu keindahan perjalanan spiritual bukan dari apa yang dia miliki, melainkan dari sesuatu yang tidak dia miliki dan tidak mengetahui apa-apa atasnya. Dengan kata lain spiritualitas yang sedang kita jalani ini tidak ada titik namun semua koma. Tidak ada benar dan salah, yang ada ketepatan dan kecocokan setiap individu yang menjalaninya masing-masing. Tidak bisa disamakan jalan setiap pejalan spiritual. Mereka yang menemukan keindahan jalan spiritual melalui agama akan asyik masyuk dalam kekaguman mereka terhadap Tuhan dan sang Nabi. Di dalamnya banyak sekali fenomena rohani yang mirip-mirip dengan mereka yang menjalani laku spiritual tanpa Tuhan dan agama. Mungkin perbedaannya ada pada nama, istilah dan tradisi yang ada di dalamnya, selebihnya mungkin bisa sama saja. Mengenai ketepatan dan kecocokan ini dis...

After Zen Class 2023

Sejak tahun 2016 saya mengikuti kelas zen di puncak bogor dan di tahun 2017 saya mendapatkan pecahnya. Ternyata dampak zen mampu menciptakan ledakan dalam diri saya, meskipun latihannya sederhana yang lebih banyak diskusi ringan, duduk hening dan melakukan beberapa pengamatan terhadap momen ketika latihan. Saking takjubnya saya dengan zen, saya sempat penasaran dengan beberapa literasi mengenai zen yang katanya berasal dari pertemuan antara buddisme dan taoisme. Tidak seperti latihan meditasi yang pernah saya ikuti sebelumnya, zen menawarkan keheningan dengan caranya sendiri yang saking sederhananya membuat saya terheran-heran, lho kok bisa? Di samping saya takjub dengan zen, saya selalu menemukan banyak pengalaman baru di setiap tahun saat diadakan kelas zen dan pengalaman ini melampaui kata-kata, bisa dirasakan dan dampaknya bisa saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Latihan mindfullness yang dilatih dalam kelas zen membuat saya sadar dengan segala tindakan, konsekuensi dan tangg...

Merasakan Tuhan di Dalam Diri

Setiap orang pasti pernah punya pengalaman spiritualnya sendiri. Sebagai umat beragama pengalaman merasakan kehadiran tentang Tuhan akan begitu terasa ketika melakukan ritual ibadah tertentu. Shalat sebagai ibadah dianggap dapat menghadirkan kesambungan dan perjumpaan dengan Allah. Banyak orang yang ingin merasakan bagaimana caranya agar bisa shalat yang khusyu, sampai ada pelatihannya yang sempat ramai diikuti oleh banyak orang. Saya sendiri tidak pernah merasakan Tuhan di dalam shalat, apalagi merasakan Tuhan di dalam diri. Begitu sulit mencapai yang namanya khusyu, begitu sulit pula merasakan Tuhan di dalam diri.  Jauh sebelum itu, saya menolak konsep Tuhan bisa dirasakan di dalam shalat maupun di dalam diri manusia, sebab Tuhan bukanlah sebuah perasaan, keberadaaan, dan kondisi. Pengalaman kebertuhanan hanya dapat dinyatakan dalam tindakan yakni menerapkan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari. Berarti ini bukan tentang merasakan keberadaan Tuhan yang sedekat urat l...

Melihat dan Mendengar Kata-Kata di Pikiran

Saya senang sekali membaca dan mendengarkan kata-kata bijak yang ada di media sosial. Kadang saya merasa tercerahkan, kadang merasa biasa aja dan kadang juga muak sendiri. Masalahnya bukan pada kata-kata bijaknya, ini karena pikiran saya yang sudah penuh yang sampai membuat pikiran tidak bisa lagi memaknai dan tercerahkan. Gelas saat terisi penuh oleh air, semakin diisi membuat air luber penuh keluar. Ini yang terjadi pada pikiran yang sudah penuh oleh kata-kata bijak, motivasi, nasihat, hingga ceramah agama. Semuanya terasa omong kosong dan muak membacanya. Penuhnya pikiran ini membuat kita mengetahui bahwa kata-kata bijak, motivasi, dan sejenisnya bisa menjadi sampah bagi pikiran ketika terlalu banyak ditumpuk tanpa pernah dikosongkan kembali. Cara untuk mengosongkan pikiran dari penuhnya sampah dengan berhenti sejenak dan membuang semua sampah tersebut. Setelah itu pikiran akan tenang dan lebih mudah dalam menyerap kepahaman (knowing). Bagi saya yang senang membaca quotes motivasi b...

No Coming, No Going

Aku belajar memahami makna people come and go, bahwa orang akan datang dan pergi. Entah dengan cara tiba-tiba atau suka-suka dia, entahlah. Tidak ada yang abadi dari dari kehilangan selain kehadiran, tidak ada yang abadi dari kehadiran selain kehilangan.  Mungkin selama ini aku tidak pernah hadir dalam hidupku sendiri, sehingga masih suka menunggu orang lain hadir menemani diriku dalam kesepian. Katanya kesendirian itu berbeda dengan kesepian, tetapi kenyataannya kesendirian dan kesepian merupakan dua hal yang sama saja, sama-sama merasakan kehilangan, kesendirian tentang kehilangan rasa nyaman ketika sendiri dan kesepian tentang kehilangan seseorang. No coming, no going. Tidak ada yang datang, tidak ada yang pergi. Berarti tidak ada sosok, bukan keadaan, bukan keberadaan, bukan tentang kesendirian dan kesepian. Lantas apa yang datang dan pergi? Sejatinya tidak ada, tidak nyata dan musnah. Pikiran kita yang menganggap sesuatu datang dan pergi itu ada, abadi dan nyata.  No comi...

Menyelam Sebentar, Namun Jangan Tenggelam

Perasaan jika masuk terlalu dalam, kita akan terbawa oleh perasaan yang saat diikuti seperti tenggelam dalam samudera yang tidak ada ujungnya.  Perasaan memang senang sekali melebih-lebihkan suatu keadaan dan menganggap apa yang dirasakan itu nyata. Padahal perasaan itu bukan kenyataan, perasaan adalah hasil cipta pikiran. Pikiran menciptakan perasaan dan perasaan mengarahkan pikiran. Jadi jangan sampai kita terlalu dalam hingga larut tenggelam dalam samudera perasaan yang tidak ada ujungnya, coba ajak diri kita untuk mengambil nafas ke permukaan samudera dan menyelam berenang mengendalikan air laut perasaan. Karena kita sadar yang menciptakan perasaan itu adalah pikiran dan jangan pernah mempercayai pikiran yang sifatnya sementara, rapuh serta tidak nyata. Pada saat arus deras perasaan menyeret untuk tenggelam, sadarkan diri bahwa perasaan ini tidak nyata dan berenanglah dalam samudera perasaan dalam kendali kesadaran penuh utuh.