Langsung ke konten utama

Menafsir Ulang Khilafah

Farag Foda, dalam bukunya "Kebenaran dan Kepalsuan Khilafah", menyoroti ketidakselarasan antara idealisasi khilafah dan realitas historisnya. Buku ini mengajak kita untuk menafsirkan ulang konsep khilafah yang sering diglorifikasi oleh beberapa kelompok sebagai puncak kejayaan Islam yang harus dihidupkan kembali. Foda menguraikan sejarah khilafah dari masa awal Islam hingga kejatuhannya, menyoroti berbagai konflik internal, penyalahgunaan kekuasaan, dan kesenjangan antara prinsip-prinsip Islam dengan praktik politik masa itu.

Foda menentang pandangan romantis yang menganggap khilafah sebagai model pemerintahan yang ideal dan mengajukan argumen bahwa kebangkitan kembali khilafah dalam konteks modern bukanlah solusi untuk tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Muslim saat ini. Ia menekankan bahwa sejarah khilafah penuh dengan pergulatan kekuasaan dan penyelewengan, yang tidak mencerminkan nilai-nilai keadilan dan moralitas yang sebenarnya diajarkan dalam Islam. Menurut Foda, upaya untuk mendirikan kembali khilafah modern adalah tidak realistis dan berisiko mengabaikan kemajuan sosial serta politik yang telah dicapai.

Lebih lanjut, Foda berpendapat bahwa pemisahan antara agama dan negara diperlukan untuk menghindari penggunaan agama sebagai alat politik, yang berpotensi merusak esensi spiritual Islam. Dengan pendekatan kritis ini, Foda mengajak kita untuk melihat sejarah khilafah bukan sebagai model yang harus diidolakan, tetapi sebagai bagian dari masa lalu yang harus dipahami secara kritis untuk membangun masa depan yang lebih inklusif dan adil bagi umat Islam. Bukunya menjadi landasan untuk memikirkan ulang peran politik dalam agama dan memisahkan mitos dari kenyataan historis, mendesak pembaca untuk mempertimbangkan kompleksitas sejarah dalam upaya membangun masyarakat yang lebih baik.

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...