Langsung ke konten utama

Maafkan Diri Sendiri

Najwa Zebian dalam salah satu ungkapannya mengingatkan kita bahwa seringkali kita terjebak dalam kenangan yang berulang, menghakimi diri sendiri atas tindakan di masa lalu yang kini kita sadari seharusnya bisa lebih baik. 

Kita menyalahkan diri sendiri atas keputusan yang pernah diambil tanpa memahami bahwa masa lalu hanyalah bagian dari proses bertahan hidup. Dengan menerima masa lalu sepenuhnya berarti melepaskan diri dari harapan tentang bagaimana seharusnya hal-hal terjadi.

Kita sering kali memutar ulang kenangan yang menyakitkan, mencari-cari apa yang salah, dan berandai-andai jika kita bertindak berbeda. Namun, mengurung diri dalam penyesalan tidak akan mengubah apa yang telah terjadi. Sebaliknya, ini hanya memperpanjang penderitaan dan menghalangi kita dari kemajuan dan pertumbuhan.

Najwa Zebian mendorong kita untuk melihat masa lalu sebagai bagian dari proses pembelajaran, bukan sebagai beban yang harus ditanggung selamanya. Versi masa lalu diri kita hanyalah seorang pejuang yang berusaha bertahan hidup dengan cara terbaik yang kita ketahui saat itu. 

Setiap keputusan, baik atau buruk, adalah cermin dari kondisi dan pengetahuan yang kita miliki pada saat itu. Menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah berlalu adalah bentuk ketidakadilan pada diri kita yang pernah berjuang dengan segala keterbatasannya.

Penerimaan masa lalu adalah langkah awal menuju pembebasan diri. Ini berarti mengakui bahwa kita telah melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dengan pengetahuan dan keadaan yang kita miliki saat itu. 

Dalam menerima masa lalu, kita memberikan diri kita izin untuk melepaskan harapan yang tidak realistis dan berhenti menyalahkan diri sendiri.

Mengikhlaskan masa lalu tidak berarti melupakan atau mengabaikan apa yang telah terjadi. Namun, ini tentang menghargai setiap pengalaman sebagai bagian dari perjalanan kita menuju kedewasaan dan kebijaksanaan. 

Dengan mengakui dan menerima kesalahan kita, kita dapat mengambil pelajaran berharga dari mereka, sehingga kita tidak lagi terjebak dalam lingkaran penyesalan tetapi mampu melangkah maju dengan pemahaman dan belas kasih yang lebih dalam terhadap diri kita sendiri.

Akhirnya, melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu memungkinkan kita untuk hidup sepenuhnya di masa kini. Ini adalah undangan untuk berhenti mengejar apa yang seharusnya terjadi dan mulai merangkul apa yang ada sekarang dengan hati yang terbuka. 

Dengan kata lain, kita membuka diri untuk kemungkinan baru, tumbuh dari pengalaman kita, dan menemukan kedamaian yang lebih dalam. Menerima masa lalu adalah langkah penting untuk menyembuhkan dan membangun kehidupan yang lebih bermakna dan penuh harapan.

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...