Banyak orang yang setelah dighosting merasa butuh alasan untuk menjelaskan kepergiannya yang terjadi secara tiba-tiba. Perilaku ghosting ini biasa pergi secara tiba-tiba dan bisa juga datang semaunya.
Pokoknya kelakukannya persis dengan setan atau hantu (ghost). Sebaiknya memang kita tidak perlu berekspektasi lebih dengan tindakan ghosting untuk menjelaskan dan mengkonfirmasi apapun, lebih baik lepaskan dan hempaskan.
Kepergian selalu berhasil menciptakan kehilangan. Jangan menganggap yang selalu ada akan selamanya menetap, karena akan tiba masanya dia akan pergi juga, beberapa pergi dengan pilihannya dan beberapa lagi pergi dengan terpaksa.
Kehilangan muncul dari perasaan yang menginginkan orang tersebut hidup, menetap, selalu ada dan bersama dengan dirinya. Padahal ketika bersama biasanya terasa biasa saja dan lebih sering mengabaikannya.
Merayakan kehilangan adalah mengubah suasana hati yang sedang kehilanngan dengan memahami arti bahwa ini memang sudah waktunya pergi, tidak usah dicari, nanti juga biasa karena lama-lama terbiasa dan terlatih oleh waktu dan kehilangan.
Keberadaan kepergian itu sama dengan kedatangan, keduanya saling mengisi satu sama lain untuk menyeimbangkan dan bergantian dalam mengambil peran di dalam kehidupan. Kepergian berperan sebagai perasaan ganjil dan kedatangan berperan sebagai perasaan genap.
Memahami momen pergantian kepergian dan kedatangan ini membuat hati kita lebih tenang. Yang pergi diganti dengan yang datang dan yang datang berganti dengan yang pergi. Momen ini alami dan memang kehidupan menghadirkannya agar kita bisa belajar dan bijaksana.
Melatih diri untuk tidak melekat dengan sesuatu apapun yang sejatinya tidak ada yang abadi. Sesekali melekat boleh saja, yang penting kita tahu waktunya untuk bisa berlepas diri dari kemelekatan. Namun masalahnya kita belum ahli dalam latihan melepaskan kemelekatan ini, jadi lebih baik selalu sadar dan waspada dalam melihat segalanya, tahan diri dan sebaiknya jangan coba-coba melekat.
Komentar
Posting Komentar