Kebencian itu bisa menular bahkan saat kita tidak merugikan siapapun. Cara kerja membenci itu lebih random dari arah terbang seekor kecoa yang sedang linglung. Diamnya saja kita bisa dibenci, apalagi dengan aktif dan lincahnya kita pasti mudah mengundang kebencian bagi orang lain.
Tidak perlu alasan apapun untuk membenci seseorang, yang paling dibutuhkan dalam membenci adalah cukup benci saja. Setelah kebencian itu memenuhi hatinya, segala bentuk ucapan dan tindakan akan diberikan label salah dan menyebalkan. Belum lagi ditambah jika bertemu langsung, biasanya tatapan matanya malas untuk menatap mata kita dan mencoba menghindar dari segala interaksi.
Jangan mengajarkan seseorang untuk membenci sebab kebencian itu keahlian otodidak, bisa dengan sendirinya. Secara otomatis rasa benci mengalir ke setiap sudut pikiran dan perasaannya tanpa perlu disaring dan tanpa pertimbangan apapun, ketika disebut namanya maka perasaan benci itu akan langsung memanggil ingatan yang melipatgandakan jumlah benci yang dia punya.
Energi untuk membenci bisa sama besarnya seperti energi untuk mencintai. Sebegitu besar dan kuatnya kebencian ini untuk menghancurkan dan melupakan segala kebaikan yang pernah dilakukan. Satu tindakan buruk dengan begitu mudah menghancurkan dan melupakan lima tindakan baik.
Untuk menyelesaikan kebencian ini tidak cukup dengan memaafkan dan tidak bisa sembuh dengan meminta bantuan waktu. Kebencian itu api yang membakar kayu, biarkan saja kayu menjadi arang dan bara api.
Yang tersisa dari kebencian adalah bekas luka yang tidak akan hilang. Itulah mengapa kita perlu sakit hati dan membenci agar lebih hati-hati jangan melukai diri sendiri. Ini semua saran bagi kita yang tetap membenci selamanya tanpa ingin mencintainya sama sekali.
Komentar
Posting Komentar