Seruan boikot produk-produk yang berafiliasi dengan Israel sudah sampai taham fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), dengan kata lain umat Islam Indonesia mendapatkan ajakan untuk secara tegas tidak membeli produk yang datanya sudah diumumkan oleh MUI.
Tahun 2000an usaha memboikot tersebut pernah saya teriakan di jalanan ketika mengikuti Aksi Bela Palestina dan baru bisa mengurangi hingga memilih produk yang tidak ada afiliasinya dengan Israel, lebih baik lagi buatan asli Indonesia dan dikembangkan oleh umat Islam.Sekarang sudah diperkuat dengan fatwa MUI, sayangnya saya belum bisa melakukannya kembali dengan alasan sederhana di tempat saya lebih mudah dan murah barang yang berada dalam data boikot tersebut.
Kalau MUI ingin memberikan fatwa, sebaiknya berikan juga solusi alternatif, kemudahan mendapatkan produknya dan harga yang terjangkau bagi pembeli, lebih bagus lagi jika bisa lebih murah dan berkualitas.
Sayangnya MUI berhenti di fatwa bukan dikebijakan pemerintah. MUI merupakan organisasi masyarakat, bukan lembaga yang selevel dengan Kementrian Agama. Fatwa MUI cukup diletakkan sebagai pendapat sebagian ulama yang masuk dalam organisasi tersebut, bukan representasi semua ulama yang ada di Indonesia.
Terlepas dari fatwa MUI yang menyerukan boikot produk Israel yang bisa diikuti oleh banyak orang yang menyanggupinya, saya pribadi lebih memilih yang paling mudah dan murah tersedia di toko dekat rumah.
Pilihan ini bukan karena mendukung Israel, bukan tidak simpati dengan penderitaan rakyat Palestina dan bukan tidak mau memberikan kontribusi untuk konflik kemanusiaan atau dianggap konflik agama ini.
Namun saya memboikot diri saya sendiri, artinya saya tidak lagi ikut dalam konflik Palestina dan Israel. Sudah ada pemerintah yang memberikan bantuan langsung ke Palestina. Belum lagi bantuan para budiman di Indonesia yang memberikan milyaran rupiah untuk Palestina, mungki kalau dikumpulkan sejak dulu sudah diangka triliyunan rupiah yang diberikan untuk Palestina.
Presiden Palestina sendiri yang menyatakan Hamas bukan representasi rakyat Palestina, yang mana Hamas memilih cara perang untuk melawan Israel dibandingkan Fatah yang memilih jalan diplomasi atau dialog untuk mencapai tujuan damai.
Belum lagi sejarah mengenai perebutan tanah yang dijanjikan ini bisa dilihat dari dua sisi, Palestina punya klaim atas tanahnya begitupun Israel menyatakan klaim yang sama. Selain kita sering lupa dengan konflik di dalam negeri, yang hari ini tahun politik yang semakin memanas dengan segala masalah di dalamnya.
Komentar
Posting Komentar