Baru-baru ini saya melihat tokoh pemuda hijrah yakni Ustadz Hanan Attaki melakukan baiat terhadap jamaah Nahdlatul Ulama (NU). Kaget sih enggak, karena beberapa dakwah beliau memang dekat dengan ajaran ulama yang ada di NU. Hanya saja di kalangan orang-orang yang melabelkan diri sebagai pemuda hijrah ini kebanyakan lebih dekat dengan gerakan Tarbiyah, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh, dan Salafy.
Adanya islah ini dimulai dari penolakan dari kalangan Nahdiyin di 7 daerah Jawa Timur. Penolakan ini dikarenakan ajaran yang dibawa Hanan Attaki yang dinilai tidak cocok dengan kultur pesantren di daerah Jawa Timur.
Beberapa pihak menilai ajaran Hanan Attaki ini membawa ajaran yang menentang ideologi pancasila, yang dengan kata lain Hanan Attaki mengajarkan pemahaman berdirinya khilafah islamiyyah di Indonesia.
Sepengetahuan saya Hanan Attaki bukan syabab dari Hizbut Tahrir dan belum pernah mendengar beliau menyebarkan wajibnya menegakkan khilafah islam di Indonesia dengan mengganti pancasila dan mengharamkan demokrasi.
Namun karena isu ini sudah berkembang liar kemana-mana, maka keputusan Hanan Attaki berbaiat kepada NU sudah tepat, sehingga nantinya dakwah beliau di kalangan anak muda semakin mudah diterima khususnya di Jawa Timur.
Sekaligus ini menjadi angin segar bagi NU yang memiliki kader potensial dalam membawa anak muda dekat dengan islam yang berlandaskan ajaran ahlusunnah wal jamaah yang dibawa oleh NU.
Banyak kalangan NU yang bersyukur akan hal ini, termasuk saya. Ternyata benar perkataan, semua akan NU pada waktunya. Bukan hanya di urusan perpolitikan Indonesia saja, di urusan perhijrahan ternyata NU menjadi daya tarik hingga rela berbaiat yang disaksikan oleh puluhan santri.
Komentar
Posting Komentar