Manusia memerlukan rasa bersalah untuk menumbuh kembangkan perbaikan dalam dirinya. Rasa bersalah jika sudah hadir dalam diri seseorang mampu menggerakan dirinya agar dapat merubah perbuatan salahnya itu menjadi lebih baik.
Maka dari itu lahirlah dosa dan pahala. Dosa adalah bentukan dari rasa bersalah, mendapat hukuman bila melakukan dosa di akhirat nanti. Begitupun dengan pahala yang mendampingi adanya dosa, untuk menemukan kelegaan dan keterbebasan dari dosa, negasi nya adalah mendapatkan pahala. Sebuah penghargaan atas perbuatan baik yang telah ia lakukan.
Dengan adanya rasa bersalah ini, orang akan termotivasi untuk mengevaluasi dirinya, melihat rekam jejak kesalahan dirinya dan kemudian mengumpulkan tenaga juga upaya untuk memperbaiki kesalahannya. Upaya dalam memperbaiki diri ini pun bukan hal yang konsiten, di suatu hari nanti akan mengulang kembali rasa bersalah karena kelalaian dirinya.
Begitulah terus menerus, berputar putar dalam rasa bersalah kemudian memperbaiki kesalahannya. Seperti halnya lingkaran, yang bagaimanapun upayanya berjalan pada suatu titik, maka di ujung jalan ia akan bertemu kembali kepada titik awal dia berjalan. Bergantian, silih berganti, kadang merasakan bersalah dan kadang pula untuk perlu merubah kesalahannya tersebut dengan kebaikan.
Kalau sudah begini, penting kiranya untuk merawat rasa bersalah. Agar hati kita bisa merasakan gemuruh dari rasa bersalah yang berubah menjadi pergerakan untuk memotivasi dirinya agar dapat lebih baik lagi. Meski di saat yang sama rasa bersalah itu akan terus menerus hadir, tidak mengapa. Karena ini adalah proses dan siklus yang harus di lalui dalam kehidupan.
Dan setelah merawat rasa bersalah, rawat jugalah rasa untuk memperbaiki diri. Agar keduanya berimbang. Ketika melakukan kesalahan, kita bersegera menyadarinya dan melakukan tindakan yang terbaik.
Cilegon, 09012018
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar