Ini merupakan judul dari buku karangan Imam Al Ghazali, Bebas dari Kesesatan. Saya coba mengkajinya dan memberikan pemaknaan sesuai dengan yang saya rangkum dan saya dapat uraikan dalam tulisan ini.
Dalam bab pendahuluan, penulis Imam Al Ghazali menceritakan kerisauannya mengenai peristiwa yang dia alami dalam menyarikan kebenaran dari kekacauan berbagai golongan, dengan berbagai jalan dan cara yang berbeda-beda, tentang pendakian dari jurang taklid menuju arena pemahaman yang berani dia lakukan.
Kegelisahan penulis mengenai apakah pengetahuan yang meyakinkan itu? apakah pengetahuan inderawi dapat kita percaya? apakah pengetahuan rasional adalah pengetahuan tertinggi? adakah pengetahuan di atas akal? apakah filsafat ditolak oleh seorang muslim? bagaimanakah pengetahuan kenabian dan wahyu? dari pertanyaan inilah penulis melakukan kajian nya dalam buku bebas dari kesesatan.
Ada 4 golongan yang di bahas, di mana pada masanya golongan golongan pemikirian tersebut sedang ramai mengalami perpecahan dan permusuhan.
1. Para pendukung ilmu kalam
2. Penganut mazhab taklim
3. Mazhab filsafat
4. Mazhab tasawuf
Ketika hadist yang mengatakan, umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, golongan yang selamat dari mereka adalah satu golongan, ahlus sunnah wal jama'ah.
Permasalahan yang muncul adalah, disebutkan dalam al quran, "tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar rum: 32).
Tiap golongan mengaku sebagai golongan yang selamat itu, bangga dengan golongan nya, rebutan surga, merasa paling benar sendiri, dan perdebatan sepanjang zaman yang tiada akhirnya. Kalian sesat dan aku yang benar, Aku yang selamat, kalian yang celaka.
Imam Al Ghazali adalah pakar dalam ke empat mazhab tersebut, Ia masuk dan menyelami ke dalam tiap tiap mazhab untuk mengetahui akar kebenaran yang ia cari. Di akhir hayatnya beliau mengikuti jalan para sufi, mazhab tasawuf.
Metafora yang saya dapatkan dari Noe Letto tentang syariat, tarekat, hakikat, makrifat. Syariat adalah ketika kamu mendayung sampan perahu, tarekat adalah perahu yang kamu pakai, hakikat adalah lompat menyelam di kedalaman lautan dan makrifat adalah kembali lagi dari penyelaman di lautan ke perahu.
Saya mafhum ketika Al Ghazali di akhir hayatnya menemukan kebenaran di dunia tasawuf, bukan di ilmu kalam, taklim dan filsafat. Karena pendekatan dalam dunia tasawuf telah terjadi penyingkapan (kasyf) yang di luar nalarnya namun membuatnya haqqul yakin.
Proses perjalanan dan pembelajaran ini yang menarik. Beliau tidak berhenti, tetapi melanjutkan perjalanan nya dalam mencari kesejatian. Agar terbebas dari kesesatan, menuju cahaya di atas cahaya.
Sudah tentu dalam melepaskan tiap etape tidak mudah, harus menghancurkan keyakinan dan dogma yang ia yakini (mind trespassing). Sampai akhirnya menemukan kesejatian yang dekat dengan dirinya sendiri. Kemurnian tauhid yang di jalani dengan jalan yang sunyi (lurus).
Cilegon, 31012018
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar