Tadi pagi masuk kerja ke kantor bertemu dengan teman yang kerja di lapangan, dari kejauhan saya sudah menebak jika saya bersalaman akan ada komentar yang dia berikan kepada saya.
Ramalan saya benar, dengan wajah yang di penuhi senyuman dan ucapan selamat tahun baru, di tambahi dengan komentar sekarang makin gendutan ya.. Alhamdulillah saya senang liatnya berarti kamu bahagia.
Dalam hati saya bergumam, hubungan gendut dan kebahagiaan itu emang ada? Kalau gendut ya itu masalah obesitas, perlu program diet. Sedangkan kebahagiaan bukan di ukur dari banyaknya makanan yang masuk di perut saya. Dangkal sekali, kebahagiaan saya diukur dari makanan yang masuk, bukankah jika urusan hidup hanya untuk mencari makan maka derajatnya mirip seperti yang dikeluarkannya (kotoran).
Manusia memang mudah dipengaruhi oleh pendapat, komentar, omongan orang lain. Terserah itu benar atau salah, jika pesan itu di sampaikan maka akan mempengaruhi apa apa yang ada di pikirannya.
Seperti saat dibilang, ih kok kamu terlihat lemas dan kusut begitu, tumben deh. Otomatis respon kita yang tadinya biasa biasa saja terpengaruhi menjadi seolah seperti yang dikomentarkan orang lain.
Apalagi saat dipuji, wah.. Kamu sekarang makin ganteng dan cerah ya. Luar biasa! Pujian ini ajaib. Bisa berdampak jadi GR dan tersipu sipu malu. Dan biasanya jika sudah di puji maka pun akan senang dengan orang tersebut. Padahal yang sebenarnya biasa biasa saja, namun karena pujian itulah mempengaruhi bahkan merubah sudut pandangnya mengenai wajah yang sebenarnya standar alias pasaran. Haha..
Respon dari komentar orang lain kepada kita, terkadang kita lebih sering diam dan merespon nya dalam hati, namun ada juga yang merespon nya dengan emosional karena terlalu baper dan tersinggung.
Baiknya respon kita santai saja mengenai komentar orang lain, karena kita tidak pernah bisa mengendalikan komentar orang lain. Kita hanya bisa mengendalikan diri kita sendiri terhadap komentar yang dilempar oleh orang lain.
Analogi nya begini, bau sampah tidak dapat kita salahkan karena memang bau, yang bisa kita lakukan adalah menutup hidung kita dan berpindah dari tempat itu. Mengerti? Jadi tergantung sikap kita, bukan menyalahkan orang lain yang berkomentar seperti itu.
Mungkin jika komentarnya baik, kita akan mudah membalas komentarnya. Namun jika buruk, kita harus bisa membalasnya dengan keterampilan tersendiri.
Pilihan sikapnya ada di kita. Apakah akan terpengaruh atau kita yang balik mempengaruhi orang tersebut. Dengan menjawab respon tersebut dengah kualitas sikap terbaik kita.
Pesannya adalah hadapi dengan tenang, dan jawablah dengan sikap terbaik yang anda miliki. Kalaupun mau marah karena tidak terima, marahlah dengan elegan. Maksudnya marahlah sehingga membuat dia kesal, setelah dia kesal dan marah, anda kembali tenang, seolah tidak ada masalah apa apa. Dengan begitu, nilai anda seri, satu sama. Haha..
Cilegon, 02012018
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar