Langsung ke konten utama

Mengukur Kebahagiaan Hidup

Jika Anda hari ini sudah bekerja di suatu perusahaan atau wirausaha, dan sudah memiliki suami/istri dan anak.

Pencapaian kebahagiaan hidup yang seperti apa yang Anda inginkan dan Anda bayangkan?

Mari kita perkiraakan, dulu saat masih sekolah atau kuliah mau bisa lulus, setelah itu mau dapat pekerjaan, mencari kesana kemari, dapat pekerjaan dan tidak berhenti disitu, meningkatlah keinginan untuk mendapatkan penghasilan lebih besar.

Masih jomblo, cari jodoh dan dapat, menikah, muncul lagi keinginan baru mau punya anak. Belum punya rumah, menabung, setelah dapat sibuklah membangun rumah beserta isinya. Tidak berhenti disitu, ada lagi ingin punya mobil, ambil kredit dan menghutanglah ke bank, menyicilnya tiap bulan.

Begitulah kira kira segelintir pencapaian dalam mengukur kebahagiaan hidup melalui usaha yang ia tempuh. Tidak ada ujung kepuasannya, membandingkan dengan orang lain yang posisinya ada di atas.

Kesederhanaan dan rasa syukur dapat menjadi upaya awal untuk bisa mengendalikan keserakahan di atas. Mengapa saya katakan keserakahan, sebab hawa nafsu dalam mengukur kebahagiaan hidup secara materialistis akan menuntut diri untuk serakah dan maunya lebih, tidak pernah cukup.

Kemudian saya katakan kesederhanaan dan rasa syukur adalah awalan, oleh karena dalam pola lingkaran keserakahan yang berputar putar tidak ada ujungnya, harus ada penambahan konten akhlak lainnya agar dapat mengendalikannya dalam takaran yang baik.

Selama pencapaian itu tetap menjadi tujuan hidup, maka ukuran kepuasaan akan kebahagiaan menjadi seperti mata air fatamorgana di tengah gurun pasir. Nampaknya nyata membahagiakan, namun menipu diri dan tidak ada puas puasnya.

Kita sendiri yang mampu mengendalikannya dalam batasan batasan yang kita punya. Jangan berlebihan, sederhana, dan yang penting cukup.

Serang, 28012018
Roby Martin

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...