Kemarin saat lagi serius seriusnya mengerjakan laporan di kantor, berasa goyang.
Awalnya saya curiga, ini cuman perasaan saya doang kali. Pas saya liat teman sebelah, eh ternyata pada panik, berhamburan keluar kantor. Gempa.
Musibah di zaman now, selain di campur ketakutan dan panik, malah sibuk foto, rekam video dan update status di sosial media.
Hampir semua grup WA ramai membicarakan gempa. Mirip kaya berita di tv, mulai dari bekasi, jakarta dan sekitarnya melaporkan kejadian langsung dari TKP.
Ajaibnya ada yang menghubungkan dengan azab Allah karena LGBT makin marak di Indonesia, gosipnya DPR telah memberikan legalitas.
Tanpa klarifikasi yang valid, maka buru burulah menyalahkan pemerintah dengan segala omelan dan nyinyiran.
Sah sah saja, karena memang LGBT tidak ada bagus bagusnya. Kalau mau baik sangka sedikit saja, mereka yang memiliki kebijakan di DPR itu kan punya anak cucu dan punya moral etika beragama, masa iya sebegitunya memutuskan tanpa mikir dampak buruknya.
Lebih konyol lagi jika kemampuan 'cocokologi' digunakan untuk menghubung hubungkan gempa dengan azab karena melegalkan LGBT. Haduh.. Ini ngawurnya keterlaluan.
Namanya gempa sudah sunatulloh, hukum alamnya sudah begitu. Bumi dalam masa nya mengalami pergerakan lempengan bumi. Jadi, tidak korelasi dengan azab Allah.
Seharusnya dugaan kita terhadap musibah gempa, tidak menambah 'ngawur' dengan tuduhan ini azab dari Allah.
Mikir?!
Serang, 24012018
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar