Dalam perjalanan hidup, kita tak jarang dihadapkan pada rasa sakit, baik itu secara fisik maupun emosional. Saat kita berusaha melawan atau menolak rasa sakit itu, yang terjadi bukanlah penyembuhan, melainkan penambahan penderitaan pada beban yang sudah ada. Ketika kita menolak untuk menerima rasa sakit, kita akan menambahkan lapisan-lapisan penderitaan yang menyelimuti hati dan pikiran kita.
Perlawanan terhadap rasa sakit seringkali memperkuat keberadaannya. Saat kita mencoba menghindari atau menolaknya, kita seakan memperpanjang masa penderitaan kita sendiri. Ini bukanlah berarti kita harus pasrah menerima semua rasa sakit tanpa usaha untuk memperbaikinya, namun lebih kepada bagaimana kita menyikapi dan merespons rasa sakit tersebut dengan bijaksana.Ketika kita mampu menghadapi rasa sakit dengan penuh kesadaran dan ketenangan, kita membuka pintu bagi proses penyembuhan yang alami. Dengan menerima kehadiran rasa sakit tanpa menambahkan lapisan-lapisan penderitaan melalui perlawanan, kita memungkinkan diri kita untuk berdamai dengan kondisi yang ada dan mengalami proses penyembuhan yang alami.
Seringkali, keberanian bukanlah tentang melawan atau menghindari rasa sakit, tetapi tentang menerima dan mengintegrasikannya ke dalam kehidupan kita. Dalam proses ini, kita belajar untuk tidak terjebak dalam siklus penderitaan yang dihasilkan oleh perlawanan kita terhadap rasa sakit, melainkan mampu menjalani kehidupan dengan lebih penuh kesadaran dan kebijaksanaan.
Ketika kita memilih untuk menghadapi rasa sakit dengan penerimaan dan kesadaran, kita tidak hanya membebaskan diri dari penderitaan tambahan yang tidak perlu, tetapi juga membuka diri untuk pertumbuhan dan transformasi diti. Dalam keterbukaan dan kejujuran terhadap pengalaman hidup kita, kita menemukan kekuatan dan ketenangan.
"Ketika kita menghadapi rasa sakit dengan perlawanan, rasa sakit itu tidak menghilang. Sebaliknya kita menambahkan penderitaan pada rasa sakit". (Mingyur Riponche)
Komentar
Posting Komentar