Sejak kecil kita semua diberikan gambaran mengenai Tuhan dengan versi agamanya masing-masing. Keberadaan Tuhan adalah sosok yang dibentuk oleh persepsi pikiran manusia supaya mudah masuk dalam nuansa khusyu ketika melakukan ritual sembahyang.
Sifat dan tindakan Tuhan kita berikan label yang serba maha. Maha pengasih, maha penyayang, maha pengampun dan maha-maha lainnya yang pantas diberikan sosok mulia yang kita sembah serta sujud kepadanya.Pemberian wujud sosok, sifat dan tindakan ini benar-benar mempermudah manusia untuk bisa yakin akan keberadaan Tuhan. Tanpa itu semua kita akan kesulitan dalam membayangkan dan merasakan kebesaran Tuhan.
Pikiran butuh detail mengenai Tuhan yang ia sembah. Perasaan harus bisa hanyut terhadap rasa takluk dan takjub kepada sosok, sifat dan tindakan Tuhan yang serba maha tersebut.
Manusia membutuhkan sandaran kepada sosok yang dianggap maha pencipta, menciptakan manusia, bumi dan beserta segala isinya. Manusia butuh keyakinan yang kuat dalam menghamba kepada Tuhan.
Realita adalah kenyataan, fakta dan tidak butuh keyakinan. Manusia ketika dihadapkan oleh realita tidak akan berdebat dengannya sebab yang bisa didebatkan adalah fiksi. Tuhan bukan realita karena sering diperdebatkan oleh mereka yang tidak meyakini Tuhan, bahkan di antara orang yang berbeda agama pun sering diperdebatkan Tuhan mana yang paling benar.
Tuhan menjadi tidak ada pada saat bertemu dengan realita. Senyatanya Tuhan tidak ada, faktanya Tuhan tidak ada, dan tanpa keyakinan Tuhan menjadi tidak ada.
Realitas Tuhan merupakan kejujuran dan apa adanya dalam menyentuh kenyataan bahwa Tuhan tidak ada. Dengan menyadari Tuhan tidak ada, kita masuk pada realita yang banyak orang tidak mau mengakui dan menerimanya.
Kalau sudah menyadari realitas Tuhan ini, pilihan untuk menyembahnya juga tidak apa-apa, yang penting kita sudah tahu mengenai realitas ini dengan kejujuran dan sebagaimana adanya.
Komentar
Posting Komentar