Langsung ke konten utama

Alam Kematian menurut Osho dan J. Krishnamurti

Osho dan Jiddu Krishnamurti adalah dua tokoh spiritual terkenal yang memiliki pandangan mendalam dan berbeda mengenai berbagai aspek kehidupan, termasuk kematian. Berikut adalah pandangan mereka mengenai kematian:

Osho

1. Kematian sebagai Transformasi:
   - Osho melihat kematian bukan sebagai akhir, melainkan sebagai transformasi. Baginya, kematian adalah perpindahan dari satu bentuk kehidupan ke bentuk lainnya, sebuah proses alami yang harus diterima dengan kesadaran dan tanpa rasa takut.

2. Penerimaan Kematian:
   - Osho menekankan pentingnya menerima kematian sebagai bagian dari hidup. Ia mengajarkan bahwa ketakutan terhadap kematian berasal dari ketidaktahuan dan keterikatan pada ego. Dengan meditasi dan kesadaran, seseorang dapat melampaui rasa takut ini dan hidup lebih penuh.

3. Mati Setiap Saat:
   - Osho sering berbicara tentang konsep "mati setiap saat," yang berarti melepaskan ego dan identitas lama untuk hidup dalam kesadaran yang baru setiap saat. Ini adalah cara untuk memahami kematian sebagai sesuatu yang terus-menerus terjadi, bukan hanya peristiwa di akhir kehidupan fisik.

Jiddu Krishnamurti

1. Kematian sebagai Pembebasan:
   - Krishnamurti melihat kematian sebagai pembebasan dari keterikatan mental dan emosional. Baginya, memahami kematian adalah memahami kehidupan itu sendiri. Kematian membawa akhir dari waktu psikologis, sehingga membuka kemungkinan untuk mengalami hidup dengan sepenuhnya di saat ini.

2. Tidak Takut Kematian:
   - Menurut Krishnamurti, ketakutan terhadap kematian berasal dari ketidaktahuan dan keterikatan pada identitas dan harta benda. Dia menekankan pentingnya mengamati ketakutan ini tanpa menghakimi dan memahami asal-usulnya, sehingga seseorang bisa bebas dari ketakutan tersebut.

3. Kesatuan Hidup dan Mati:
   - Krishnamurti mengajarkan bahwa hidup dan mati adalah satu kesatuan. Menghayati hidup dengan penuh kesadaran dan tanpa keterikatan akan membawa pemahaman mendalam tentang kematian. Hidup yang dipahami dengan benar berarti hidup yang tidak terpisah dari kematian.

Kesimpulan

Kedua tokoh ini melihat kematian sebagai bagian integral dari kehidupan dan menekankan pentingnya penerimaan serta pemahaman mendalam terhadap proses ini. Bagi Osho, kematian adalah transformasi dan kesempatan untuk melepaskan ego, sementara bagi Krishnamurti, kematian adalah pembebasan dari keterikatan dan pemahaman esensial tentang kehidupan. Keduanya mendorong kita untuk menjalani hidup dengan kesadaran penuh, sehingga kita dapat menghadapi kematian tanpa rasa takut.

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...