Sendy, sosok aktivis pergerakan
mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di
organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin
aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat
yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan
aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah
menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu
menggerakan massa dengan baik.
Selang 6 tahun, saat ia
meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis
dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan
lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang
selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi
saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi
yang satu organisasi dengannya.
Sendy dan Fenny memiliki 3 orang
anak, 2 perempuan dan 1 lelaki. Ketiga anak mereka masih kecil, anak yang
pertama kelas 5 SD, yang kedua 3 SD dan yang terakhir masih balita berumur 1
tahun. Kondisi inilah yang memaksa Sendy
untuk melepasakan dan meruntuhkan segala idealisme yang sudah ia pegang selama
kuliah.
Terkadang Sendy teringat
kata-kata mutiara Ustadz Jamal yang bilang bahwa, “Hidup ini harus idealis,
karena hal ini penting dipegang sampai kita mati, idealisme kita adalah
kebenaran dan menolak kebatilan”. Sambil mengingat kata-kata mutiara Ustadz Jamal, hatinya mulai meragu
untuk bekerja di instansi ini, namun apa boleh dikata, kebutuhan keluarga lebih
penting ketimbang yang lain, kasihan anak dan istri jika saya keluar dari
pekerjaan ini. Sedangkan sahabat-sahabatnya yang sudah berada di kursi empuk
DPR, seolah melupakan persahabatannya ketika menjadi aktivis mahasiswa dulu.
Kini halaqoh pun sudah
ditinggalkan karena begitu sibuknya mencari nafkah dan sudah ‘kecewa dan sakit
hati’ dengan persahabatan dan beberapa kebijakan yang memberatkan hatinya.
Memang lebih asyik bersahabat dengan orang-orang yang cenderung hedonis, karena
disanalah uang bisa didapatkan dan kebahagiaan pun bisa dicapai dengan mudah.
Hanya dengan ‘menjilat’ senior atau atasan dan kemampuan berkomunikasi dengan
baik, jabatan dapat naik dengan mudahnya.
Sendy belajar banyak dari
seniornya yang bernama Andy, peristiwa yang paling dikenangnya adalah pada saat
dia di ajak Andy ke kantor seorang anggota dewan dari Partai Tertentu, Sendy
diajak untuk mengantarkannya naik motor ke sekitar daerah Ciwandan, disanalah
Andy menunjukkan kebolehannya dalam berkomunikasi dengan anggota dewan.
Topik
pembicaraannya di mulai dengan isu seputar kebijakan pemerintah terhadap
hiburan malam (diskotik) di daerah cilegon, pembicaraan itu berlangsung seru
bahkan topik pembicaraan pun ngarol ngidul kemana-mana, sampai suatu saat Andy
curhat tentang keinginannya berbisnis warnet. Sang anggota dewan pun dengan
baik hati, menawarkan sertifikat tanah senilai 50 juta yang bisa digadaikan di
bank dan bisa dipakai untuk kepentingan bisnis Andy untuk bisnis warnet. Sendy,
bergumam, cerdas sekali Bang Andy, dengan mudahnya uanh 50 juta di dapatkannya
hanya bermodalkan ‘mulut’ saja. Saya akan tiru kemampuan hebat ini.
Benar saja, karena terinspirasi
oleh Bang Andy. Sendy mulai mengikuti jejaknya, mulai dari meloby anggota dewan
untuk meng-goalkan bisnisnya, meminta biaya akomodasi untuk kepentingan aksi
yang di perintah oleh pimpinan partai tertentu atau tokoh di suatu daerah, dan
kemampuannya dalam membangun jaringan dengan orang-orang penting di suatu
daerah.
5 tahun berlalu, Sendy menjadi
anggota dewan di partai tersebut. Ternyata jerih payahnya selama ini
terbayarkan dengan impian besar dia menjadi anggota dewan dipartai tersebut.
Kesimpulan
Inspirasi apa yang antum dapatkan dalam kisah ini? Semua orang bisa
menyimpulkannya sesuai dengan ‘Peta Pemikirannya’ masing-masing.
Ala kulli hal, benturan antara idelisme dan realitas ini sering kita
temui disetiap jengkal kehidupan kita. Semuanya adalah pilihan antum. Mau
‘Tetap idealis’? atau mau berfikir ‘Realistis’? tergantung kondisi yang antum
hadapi. Karena kenyataan dilapangan kita belum bisa seutuhnya idelis dan juga
belum bisa seutuhnya berfikir realistis.
Sekarang kita boleh menghayati isi hadist ini,
يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ
ثَلاَثَ مَرَّاتٍ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالإِثْمُ مَا
حَاكَ فِى النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ
وَأَفْتَوْكَ
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Wabishoh,
“Wahai
Wabishoh, bertanyalah kepada hatimu, bertanyalah kepada jiwamu- Nabi katakan
sebanyak tiga kali-.
Kebaikan
adalah apa yang hati merasa tenteram melakukannya. Sedangkan dosa adalah apa
yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal
tersebut merupakan kebaikan”
[HR Ahmad
no 18035, dinilai al Albani berkualitas hasan li ghairihi].
Komentar
Posting Komentar