Melihat bagaimana perlakuan dikriminatif mereka yang mengusung khilafah dan paham wahabi, rasa empati saya tiba-tiba ikut merasakan penolakan dan pelarangan terhadap ajaran dan tokoh agama.
Mengenal lebih dekat HTI tidak cukup dari katanya, saya melihat secara langsung meriahnya acara Konferensi Khilafah Internasional yang di adakan di Gelora Bung Karno. Saya datang bersama beberapa teman dari daerah untuk meramaikan bagaimana HTI mampu mendatangkan massa yang banyak.Begitupun ketika mengenal paham wahabi salafy, interaksi langsung dengan pendakwahnya, saya diajarkan ilmu bahasa arab, nahwu dan sharaf secara intensif. Mengikuti kajian salafy di luar kota lengkap dengan baju gamis beserta celana cingkrangnya.
Benar HTI masih mengusung khilafah islamiyah dan jangan dipungkiri Syafiq Basalamah tokoh wahabi di Indonesia. Tetapi kebebasan mereka dalam menyebarkan paham dan ajaran yang dianggap baik, selama tidak melanggar hukum, kita tidak usah sampai menolak dan sampai mengusirnya.
Kita masih bisa hidup berdampingan sambil mengawasi satu sama lain, kalau saja ada yang melakukan tindakan melawan hukum. Kalau benar HTI melakukan makar dengan mengganti dasar negara Pancasila dengan Khilafah, bisa langsung diproses secara hukum.
Meski saat ini ormas sudah dibubarkan, mereka mencoba eksis dan muncul dipermukaan untuk mewartakan kepada masyarakat, bahwa mereka tidak mati secara pemikiran dan bertambah banyak para kadernya.
Wahabi salafy banyak perpecahan di dalamnya, kajian yang dibawa oleh Syafiq Basalamah ini dalam golongan yang santai dan tidak keras seperti yang lainnya. Makanya banyak diterima di kalangan para artis dan masyarakat islam yang suka dengan kajian sunnah ala wahabi salafy.
Posisi saya saat melihat fenomena penolakan HTI dan pengusiran kajian Syafiq Basalamah berada di tengah-tengah dalam artian punya kecenderungan menolaknya namun jangan terlalu esktrim melarang keberadaan mereka sebab mereka juga warga negara yang memiliki hak dan kebebasan dalam berkeyakinan.
Mereka boleh menyebarkan keyakinan yang dibawa selama tidak melanggar hukum yang ada di Indonesia. Di samping HTI dan Wahabi Salafy harus mengetahui bagaimana kultur budaya di Indonesia yang banyak menolak keberadaan mereka. Indonesia masih berlandaskan Pancasila dan UUD 45 dan kebanyakan masih suka maulid nabi, tahlilan dan tradisi yang biasa dilakukan kalangan Nahdliyin.
Komentar
Posting Komentar