Gelombang fenomena hijrah semakin digandrungi banyak pemuda, selain karena dipopulerkan oleh kalangan artis dan influencer, gaya dakwah yang gaul dan menyentuh hati membuat pemuda tergerak untuk mempelajari agam lebih baik lagi.
Beberapa ada yang menjadikan momentum hijrahnya fokus memperbaiki diri sendiri tanpa sibuk menyalahkan orang lain, sedangkan di sekelompok lainnya semangat hijrahnya digunakan untuk sering menyalahkan orang lain dengan label bid'ah, syirik dan masuk neraka.
Penasaran apa yang melatarbelakangi mereka sehingga menjadi orang yang terlalu fanatik, saklek dan suka menyalahkan orang lain yang sering terlihat pada orang yang baru hijrah mengenal agama dapat dijelaskan melalui beberapa perspektif psikologis dan sosiologis:
1. Kognisi Hitam-Putih (Black-and-White Thinking)
Ketika seseorang baru mengenal agama atau melakukan perubahan besar dalam hidup, mereka seringkali melihat dunia dalam istilah yang sangat sederhana dan absolut. Ini dikenal sebagai kognisi hitam-putih. Mereka mungkin melihat tindakan atau kepercayaan mereka sebagai benar secara mutlak dan yang lain sebagai salah, tanpa melihat nuansa atau kompleksitas situasi.
2. Identitas Baru dan Komitmen yang Kuat
Orang yang baru saja hijrah sering kali berusaha membentuk identitas baru yang kuat sebagai bagian dari komunitas religius. Untuk menunjukkan komitmen mereka, mereka mungkin merasa perlu untuk sangat tegas dalam mematuhi aturan dan nilai-nilai baru mereka. Sikap fanatik dan suka menyalahkan orang lain itu bisa menjadi cara untuk menunjukkan dedikasi mereka.
3. Reaksi Terhadap Masa Lalu
Banyak orang yang berhijrah mungkin memiliki masa lalu yang mereka lihat sebagai penuh dengan kesalahan atau perilaku buruk. Mereka mungkin merasa perlu untuk mengkompensasi masa lalu tersebut dengan bersikap sangat ketat terhadap diri mereka sendiri dan orang lain dalam menerapkan ajaran agama.
4. Pengaruh Kelompok dan Sosialisasi
Komunitas religius yang baru sering kali memiliki norma dan harapan tertentu yang harus diikuti oleh anggota barunya. Anggota baru mungkin merasa perlu untuk menunjukkan kesetiaan kepada komunitas ini dengan bersikap keras terhadap penyimpangan dari norma-norma tersebut, baik terhadap diri mereka sendiri maupun orang lain.
5. Kurangnya Pemahaman Mendalam
Orang yang baru saja berhijrah mungkin belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama mereka. Mereka mungkin cenderung berpegang pada interpretasi yang sederhana dan literal dari teks-teks suci atau ajaran-ajaran agama, tanpa memahami konteks yang lebih luas atau interpretasi yang lebih fleksibel dan inklusif.
6. Proses Transformasi Psikologis
Proses hijrah adalah sebuah transformasi besar yang sering kali disertai dengan perubahan psikologis yang signifikan. Orang yang mengalami transformasi ini mungkin mengalami tekanan internal yang besar untuk menyesuaikan diri dengan standar baru, yang dapat memanifestasikan diri sebagai sikap keras dan mudah menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat.
7. Teori Dissonansi Kognitif
Teori dissonansi kognitif menyatakan bahwa orang merasa tidak nyaman ketika mereka memegang dua keyakinan atau nilai yang bertentangan. Untuk mengurangi dissonansi ini, mereka mungkin menjadi sangat tegas dalam keyakinan baru mereka untuk menghilangkan keraguan dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap perubahan yang telah mereka lakukan.
8. Pemahaman yang Progresif
Seiring waktu, banyak orang yang awalnya keras dalam keyakinan baru mereka mulai mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan seimbang tentang agama mereka. Mereka mulai melihat bahwa ajaran agama sering kali lebih kompleks dan penuh nuansa daripada yang mereka pahami sebelumnya.
Dalam banyak kasus, sikap keras, fanatik dan saklek ini dapat melunak seiring waktu, ketika individu memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, mengalami lebih banyak interaksi dengan berbagai perspektif, dan merasa lebih aman dalam identitas baru mereka.
Dialog yang konstruktif dan lingkungan yang mendukung dapat membantu individu-individu ini mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam kehidupan religius mereka.
Komentar
Posting Komentar