Kesalahan yang dilakukan secara berulang kali dan janji yang dikatakan diingkari, jelas sekali permintaan maaf sulit bisa diterima. Tindakan yang membuat sakit hati seseorang jika sekali mungkin bisa dimaafkan, namun untuk yang kedua, ketiga dan ke sekian kalinya nanti dulu. Sebaiknya memaafkan ditunda sampai orang tersebut bisa membuktikan konsistensi perubahan yang dia lakukan.
Poinnya memang bukan hanya dimemaafkan saja, kita melihat ke belakang mengapa kesalahan ini bisa berulang-ulang tanpa ada perubahan yang konsisten dan mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah dia lakukan. Mungkin penyebab utamanya ada di kelalaian dan pemakluman dirinya atas kesalahan yang diperbuat. Semakin longgar dirinya memaklumi kesalahannya sebagai hal yang boleh dilakukan dengan intensitas yang kurang dan berbeda konteksnya dengan yang dahulu.
Sebenarnya pada hakikatnya hal tersebut tetaplah kesalahan yang harus diupayakan jangan sampai terulang kembali. Begitulah kelalaian dan pemakluman yang mencari celah agar kesalahannya bisa diterima oleh orang lain. Harapannya menginginkan kesalahannya ini bisa diterima dan dimaklumi oleh orang lain, yang padahal orang lain punya standar dan batasan yang berbeda dengan diri kita.
Jalan penyelesaian atas masalah ini saya kira hanya menunggu waktu saja. Tidak bisa berharap lebih kepada pelaku kesalahan karena sudah berulang kali membuat kecewa dan sulit untuk memaafkan. Kemudian belajar pelan-pelan untuk berubah, pelan-pelan mau konsisten dan komitmen, pelan-pelan menyadari tanggung jawab dan konsekuensi.
Jadi berhenti berharap orangnya berubah dan berikan harapan kepada waktu yang merubahnya atau tidak. Kita pun nantinya punya keputusan yang tegas dan menjaga jarak dengan tindakan salah yang dia lakukan. Yang kita tolak adalah kesalahannya bukan orangnya, ini penting juga dipahami agar kita tidak terlalu benci dengan sosok orangnya, yang kita tolak dan lawan adalah tindakan salahnya yang tidak kunjung berubah lebih baik.
Komentar
Posting Komentar