Pada saat menulis buku ngerasa paling hijrah dan suka nyebelin, memang berdasarkan pengalaman, sudut pandang, konflik, saran, kritik, dan interaksi saya dengan fenomena hijrah.
Ini pun berlaku dengan kondisi sebaliknya, pada saat pasca hijrah di mana seseorang mengalami fase pencerahan karena merasa suwung, wahdatul wujud, hakikat makrifat, mendapatkan kesadaran tertinggi, tercerahkan, pengalaman puncak spiritualitas.
Bagi saya pada saat mereka ngerasa paling dan nyebelin, sebenarnya mereka hanya berganti baju dan tetap melakukan pola tindakan yang sama. Tidak ada yang berubah dari tindakan dan kesadarannya, mereka hanya orang yang tengil dan menyebalkan dengan baju identitas yang berbeda saja.
Hijrah itu baik karena dekat dengan ajaran agama yang penuh kebaikan, begitu pun dengan jalan spiritual yang isinya kebaikan juga. Kita tidak sedang memperdebatkan kebaikannya, namun kita sedang menanggapi output tindakan dan kebermanfaatannya.
Komentar
Posting Komentar