Manusia sebagai homo religiosus memiliki kecenderungan fitrahnya sebagai makhluk beragama.
Dengan beragama manusia diharapkan memahami dan menerima ajaran kebaikan yang bersumber dari agama.
Agama sebagai ajaran kebaikan hadir untuk mengajak umatnya melakukan kebaikan dan manfaat kepada dirinya sendiri dan juga orang lain.
Mereka yang menolak agama (agnostik) bukan karena menolak kebaikan yang ada di agama, namun kebencian mereka muncul dari pengalaman traumatis atas agama.
Begitupun mereka yang menolak tuhan (ateis), dirinya merasakan ketidakadilan atas peran Tuhan dalam hidupnya. Sehingga Tuhan sebagai sosok otoritas tertinggi dinilai tidak perlu ada dan cukup dirinya yang mengupayakan segalanya.
Mereka yang agnostik dan ateis ini lahir dari rahim rasa kekecewaan, kebencian, trauma dan kemarahan. Padahal keberadaan agama dan Tuhan bukan untuk ditolak, melainkan diterima apa adanya.
Kita sadar bahwa penolakan terhadap agama dan Tuhan adalah tindakan percuma, sebab agama dan Tuhan terbukti selama ribuan tahun bertahan dan itu artinya agama mampu beradaptasi sesuai perkembangan zaman.
Komentar
Posting Komentar