Membaca Gerakan Keislaman di Sekolah - Bagian 2 Interaksi dengan Gerakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Entah mengapa jalan kehidupan saya dipertemukan dengan aktivis pergerakan keislaman semenjak dari sekolah. Dengan kepolosan anak umur belasan tahun, setiap doktrin keislaman yang diberikan oleh setiap gerakan keislaman saya terima dengan baik, sampai saya mempelajari gerakannya, mengikuti kajian keislamannya hingga berdebat dengan mereka.
Sekarang saya tahu bahwa itu semua untuk pengalaman dan pelajaran hidup. Saya bersyukur dipertemukan dengan orang-orang yang ada di pergerakan islam dan masuk di dalamnya sehingga saya mampu membaca gerakan keislaman sejak sekolah dan di kampus dengan mudah menghadapi orang-orang gerakan keislaman dan pemikiran yang beragam.
Semenjak sekolah saya sudah sering berinteraksi dengan syabab Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), di awali dengan membaca buletin islam yang keluar setiap shalat jumat dan buletin remaja yang berjudul pemuda islam militan. Kemudian pertemuan dengan syabab HTI ketika teman yang saya ajak ke halaqoh di Tarbiyah, ternyata aktif mengikuti kajian HTI juga.
Syabab HTI rata-rata memiliki kemampuan diskusi dan debat yang baik. Mereka punya logika dan pemikiran islam yang mumpuni, yang setelah saya telusuri ternyata di halaqohnya memang dibiasakan diskusi yang memantik para syabab untuk aktif bertanya dan menjawab setiap pemaparan pemateri (mushrif) di halaqohnya.
Pada tahun 2007 saya masih di bangku sekolah diajak oleh teman mengikuti Konferensi Khilafah Internasional (KKI) yang diadakan di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, di sana juga saya bertemu dan diajak bergabung dengan kader Khilafatul Muslimin yang hari ini sudah dibubarkan seperti HTI.
Meski HTI sudah dibubarkan sampai sekarang para kadernya masih militan dan memegang teguh ide gagasan Hizbut Tahrir. Setidaknya yang saya tahu di daerah Serang, Banten mulai dari sekolah islam dan pondok pesantrennya masih ada serta lengkap dengan kebanyakan para pengajarnya yang berideologi HTI.
Dengan kata lain, HTI sudah dibubarkan oleh pemerintah namun ide gagasan dan para kadernya masih militan bergerak menyebarkan pemikirannya melalui media sosial. Selain itu ada almarhum Hari Mukti di samping itu ada Felix Siauw (FS) yang gencar berdakwah di media sosialnya yang diikuti oleh banyak anak muda serta penerusnya Hawariyyun beserta yang lainnya, tidak ketinggalan Fatih Karim yang merupakan guru yang berhasil memualafkan FS dan aktif berdakwah kepada para artis juga masyarakat awam.
Komentar
Posting Komentar