Saya sendiri merasa begitu sulit untuk meminta maaf ketika sedang merasa tidak bersalah, terlalu sepele dan terlihat bisa dimaafkan jika nantinya kita bisa kasih hadiah atau makanan untuk orang tersebut.
Dengan kata lain mereka yang menganggap saya salah, lama kelamaan bisa memaafkan kesalahan saya dengan pemakluman karena kebaikan yang telah saya berikan. Kesalahan yang levelnya rendah dan bisa dimaafkan dengan mudah, saya rasa tidak perlu melakukan ceremonial minta maaf secara lisan, cukup kasih hadiah, sudah selesai.Kesulitan meminta maaf ini sama halnya dengan memaafkan itu sendiri. Keduanya butuh effort lebih secara emosional, kita memerlukan ilmu dan keluasan hati yang cukup agar mampu mengatasi masalah maaf memaafkan ini.
Ceramah yang sering diberikan adalah ingat Allah saja maha memaafkan, masa kita sebagai hambanya tidak mudah memaafkan sesama memaafkan, jadilah orang yang mudah memaafkan dan juga meminta maaf.
Pada kenyataannya di lapangan kita mengalami banyak kesulitan untuk memulai meminta maaf maupun memaafkan orang tersebut. Keduanya membutuhkan penerimaan sesuai dengan kadarnya masing-masing.
Hanya dirinya sendiri yang mengetahui, apakah saya sudah ada di level penerimaan sehingga bisa mudah meminta maaf dan memaafkan. Ini tergantung proses penerimaan yang dilakukan oleh tiap individu, entah dengan cara apapun untuk menyelesaikan masalah di dalam dirinya agar mudah masuk dalam kondisi penerimaan yang total.
Ada yang bilang cukup dengan memakai biar waktu yang menyembuhkan, ada yang bilang harus datang ke Ustaz untuk disembuhkan menggunakan air doa, ada lagi yang menyarankan harus terapi ke psikolog agar disembuhkan mentalnya.
Kita sendiri yang paling tahu kebutuhan diri kita untuk menyelesaikan masalah kita sendiri, yang penting kita bisa menyelesaikannya, bukan membiarkannya yang makin lama bisa membuat kesehatan mental terganggu.
Komentar
Posting Komentar