Sebagai korban yang diadu domba dengan teman sendiri tuh rasanya anjim banget, kebayang enggak sih punya temen tapi di belakang malah ngadu domba teman sendiri ditambah ngerasa paling bener pula.
Dalam posisi korban saya merasa didzolimi, namun tidak bisa membalas apa-apa. Bagi saya membalas kejahatan kepada orang jahat itu sama saja dengan orang yang jahat. Karena itu, saya putuskan untuk memperbanyak doa agar Allah yang membalas semuanya.Dalam doa tersebut isinya enggak muluk-muluk, minta agar saya diberikan kekuatan untuk menghadapi ini semua dan berharap Allah memberikan keadilannya agar orang tersebut mendapatkan karma yang setimpal.
Selebihnya saya enggak mau berurusan lagi dengan orang yang suka dengan adu domba dan ngerasa paling bener sendiri. Saya cukup memberikan jarak dan tidak usah terlalu akrab lagi sebab saya tau resiko dan akibatnya kalau sudah berurusan dengan orang yang nyebelin kayak gitu.
Memang sih dalam hidup ini suka ada aja orang yang enggak suka sama kita, walaupun sebisa mungkin sudah melakukan perbuatan baik dan tidak merugikann orang lain. Tugas saya kan bukan untuk menyenangkan semua orang, wajar aja kalau ada yang enggak suka selama saya bisa mengatasinya dengan cara terbaik.
Awalnya saya suka heran, marah, kesel, benci dan kalau bisa ngajak berantem sekalian sama orang yang suka ngerasa paling bener dan senang ngadu domba. Tetapi lama kelamaan saya mulai paham cara mengatasi orang tersebut dengan memberikan batasan dan punya sikap yang tegas agar tidak terulang kembali merugikan diri saya sendiri.
Begitulah cara Allah memberikan ujian dalam kehidupan, agar saya bisa lebih sabar menghadapi orang yang suka ngadu domba dan ngerasa paling bener sendiri. Ada yang bilang sabar itu enggak ada batasnya, kalau ada batasnya bukan sabar namanya. Untuk masalah ini saya belajar sabar, tetapi kapan selesai dan orang tersebut dapat karmanya sih? hehe
Komentar
Posting Komentar