Langsung ke konten utama

Ada Hati yang Harus Dijaga untuk Setiap Postingan Media Sosial

Bermain media sosial otoritas penuhnya ada di pengguna atau pemilik akun, namun respon publik yang melihatnya tidak bisa kita kendalikan komentarnya baik yang secara tulisan maupun di dalam pikiran masing-masing.

Kita bisa bebas menulis, speak up lewat konten video, foto-foto bahagia yang sering kita posting di media sosial, di saat yang bersamaan orang lain punya kebebasan mengomentarinya dengan respon yang kurang menyenangkan atau setidaknya membuat tidak enak hati.

Seperti ketika saya sedang berliburan ke luar kota dengan teman, niat saya sekadar berbagi kesenangan sedangkan bagi orang lain yang melihat status media sosial foto kita dengan menganggap pamer, kelihatan banyak uang, tidak mengajak yang lain dan tidak memberikan oleh-oleh cinderamata.

Ada hati yang harus dijaga dari semua status atau konten media sosial yang kita posting, meskipun sebelumnya dianggap biasa saja, hak dan kebebasan kita memposting apa saja selama tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Menjaga hati orang lain ini merepotkan sebab efek sampingnya kita harus memilih postingan mana yang tidak sampai menyinggung dan menciptakan keributan yang tidak perlu. Di samping saya berpikir lagi, ini seharusnya bukan urusan saya mengurus respon atau reaksi orang lain tetapi mengapa harus saya jaga dengan kehati-hatian.

Apalagi yang merespon ini adalah orang terdekat kita, sebisa mungkin saya menjaga untuk bisa menghormatinya. Sampai di batas waktu tertentu sepertinya tidak perlu dijaga berlebihan seperti ini, keberanian memposting adalah solusi untuk membebaskan dalam kondisi ini.

Kadang menyembunyikannya dengan status yang privasi, menuliskannya di blog pribadi sampai cukup di simpan di memori hp saja. Merepotkan sekaligus menyebalkan, orang lain bebas memposting apapun dan saya harus menjaga hati orang terdekat agar jangan sampai tersinggung serta omongan di belakang.

Entah sampai kapan seperti ini terus, saya merindukan masa di mana saya bebas memposting foto liburan bersama keluarga kecil tanpa harus menjaga perasaan orang terdekat yang tidak senang melihat kesenangan yang sering kami rayakan sebulan sekali dari uang gajian yang tidak seberapa ini. Huft.

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...