Bermain media sosial otoritas penuhnya ada di pengguna atau pemilik akun, namun respon publik yang melihatnya tidak bisa kita kendalikan komentarnya baik yang secara tulisan maupun di dalam pikiran masing-masing.
Kita bisa bebas menulis, speak up lewat konten video, foto-foto bahagia yang sering kita posting di media sosial, di saat yang bersamaan orang lain punya kebebasan mengomentarinya dengan respon yang kurang menyenangkan atau setidaknya membuat tidak enak hati.Seperti ketika saya sedang berliburan ke luar kota dengan teman, niat saya sekadar berbagi kesenangan sedangkan bagi orang lain yang melihat status media sosial foto kita dengan menganggap pamer, kelihatan banyak uang, tidak mengajak yang lain dan tidak memberikan oleh-oleh cinderamata.
Ada hati yang harus dijaga dari semua status atau konten media sosial yang kita posting, meskipun sebelumnya dianggap biasa saja, hak dan kebebasan kita memposting apa saja selama tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Menjaga hati orang lain ini merepotkan sebab efek sampingnya kita harus memilih postingan mana yang tidak sampai menyinggung dan menciptakan keributan yang tidak perlu. Di samping saya berpikir lagi, ini seharusnya bukan urusan saya mengurus respon atau reaksi orang lain tetapi mengapa harus saya jaga dengan kehati-hatian.
Apalagi yang merespon ini adalah orang terdekat kita, sebisa mungkin saya menjaga untuk bisa menghormatinya. Sampai di batas waktu tertentu sepertinya tidak perlu dijaga berlebihan seperti ini, keberanian memposting adalah solusi untuk membebaskan dalam kondisi ini.
Kadang menyembunyikannya dengan status yang privasi, menuliskannya di blog pribadi sampai cukup di simpan di memori hp saja. Merepotkan sekaligus menyebalkan, orang lain bebas memposting apapun dan saya harus menjaga hati orang terdekat agar jangan sampai tersinggung serta omongan di belakang.
Entah sampai kapan seperti ini terus, saya merindukan masa di mana saya bebas memposting foto liburan bersama keluarga kecil tanpa harus menjaga perasaan orang terdekat yang tidak senang melihat kesenangan yang sering kami rayakan sebulan sekali dari uang gajian yang tidak seberapa ini. Huft.
Komentar
Posting Komentar