Sepulang dari kerja shift 2 dan tidur sekitar jam 1 dini hari, saya sudah meniatkan diri untuk bisa mengantarkan anak pertama masuk sekolah SD untuk pertama kalinya.Untungnya tubuh ini punya kesiapan yang bagus untuk tidak mengantuk dan bisa mengantarkan bersama istri dan anak kedua. Anak pertama saya sudah mandi dan memakai pakaian muslin, dia semangat sekali bisa masuk sekolah SD dan bertemu dengan teman-teman barunya.
Papan nama khas orang ospek dipakai dan bertuliskan Nusantara Bhumi Aguna (Nubhu), nama yang panjang pemberian dari istri yang maknanya indah sekali, menjadi manusia yang bermanfaat bagi bumi nusantara.Kami sengaja memilih Sekolah Dasar Islam Terpadu dengan alasan agar mendapatkan pendidikan agama yang baik dan dekat dengan rumah. Setelah kami melihat langsung masa pengenalan sekolah yang dibawakan oleh para gurunya, kami merasa senang dan bangga bisa memasukkan sekolah di sana.
Pengalaman saya bisa mengantarkan dan menjemput anak sekolah, membawa ingatan pada momen saya masuk sekolah. Beberapa ingatan itu masih ada, seperti: melihat ada anak yang kesulitan menjawab soal ujian dan dibantu oleh orang tuanya, punya tempat pensil yang bisa dipakai untuk mainan, tugas kerajinan tangan yang dibantu oleh orang tua sendiri, jajanan dan mainan sekolah di tahun 90an, perkemahan Sabtu Minggu yang diadakan oleh eksul pramuka, bermain bola, gobag dan bentengan, di perpisahan saya bermain drama sebagai ustadz yang membacakan ayat kursi.
Memang saya cukup bagus dalam menyimpan memori jangka panjang, khususnya dalam urusan memori yang punya kesan dan kenangan khusus. Beberapa teman sekolah saya sudah lupa momen tersebut, namun saya dapat mengingatnya dengan baik.
Kaka Nubhu (anak pertama) di umur 6 tahun jalan mau 7 tahun ini sudah pintar membaca, bisa menulis dan terampil dalam berbicara. Saya punya harapan yang tinggi dengan kecerdasannya, kalau bisa masuk di kampus luar negeri.
PR besarnya adalah saya harus punya cukup uang untuk bisa membayar les bahasa inggris dan mencarikan beasiswa yang sesuai dengan keinginan anak. Saya sudah terlalu jauh merencanakan jenjang pendidikan anak-anak, bahkan semenjak dia masuk Taman Kanak-Kanak.
Upaya kami sebagai orang tua memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak agar masa depan mereka bisa hidup lebih sukses secara pendidikan, kehidupan dan mendukung semua impian baik yang diinginkan.
Jalannya masih panjang, tetapi kami berupaya keras agar anak-anak bisa memaksimalkan potensi dan kemampuannya menjadi anak yang cerdas secara intelektual dan emosional.
Di samping kami pun menjadi orang tua yang hadir sebagai teman baik, bukan sosok yang dibenci, suka marah dan rumah adalah tempat ternyaman bagi anak-anak kami.
Dengan segala kekurangan yang kami punya, kami terus belajar dan mendidik anak lebih baik dari sebelumnya. Selebihnya membebaskan mereka bermain dengan teman di dekat rumah dan memberikan handphone dengan durasi waktu tertentu.
Komentar
Posting Komentar