Langsung ke konten utama

Gagal Nyaleg 2024 dan Tahun Politik Berikutnya

Pada saat saya aktif mengisi menthoring atau kajian di Rohani Islam (Rohis) SMA pernah diramalkan oleh seorang guru yang juga aktivis dakwah Hizbut Tahrir bahwa selepas lulus kuliah akan mencalonkan diri sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) dari Partai Islam berlambang bulan sabit kembar.

Dengan tegas saya mengatakan bahwa tidak mungkin saya menjadi Caleg karena kemurnian dakwah dan itikad baik saya hanya berkhidmah sebagai alumni Rohis mengisi menthoring kepada adik-adik Rohis. Meski dari wajah beliau nampak tidak meragukan ucapan saya, kenyataannya hingga detik ini saya tidak akan menjadi Caleg.

Di sekolah dan kampus memang menjadi lahan kaderisasi dakwah yang sudah ditargetkan oleh pergerakan islam, khususnya yang paling masif dan terstrukrur berasal dari gerakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) maupun gerakan Tarbiyah (PKS).

Wajar bila guru tersebut menduga saya akan menjadi caleg, biasanya mereka yang aktif menjadi juru dakwah di sekolah dan kampus, di kemudian hari akan Caleg di Partai Islam tersebut.

Dugaan ini lumrah diketahui oleh sesama aktivis dakwah dengan melihat latar belakang gerakan islam, kalau tidak menjadi Caleg, minimal jadi guru sekolah islam terpadu yang dibuat oleh gerakan islam tersebut.

Saya memilih jalan untuk tidak menjadi Caleg maupun guru sekolah islam terpadu, saya lebih suka memilih menjadi buruh pabrik dan tidak terikat dengan bayang-bayang gerakan dakwah yang pernah aktif di masa lalu.

Di tahun politik ini banyak teman-teman saya yang seangkatan sedang berjuang menang mendapatkan suara Anggota Legislatif dalam kancah politik 2024 baik untuk kota dan kabupaten, sedangkan untuk provinisi dan pusat belum ada mungkin terhambat modal atau alasan lainnya.

Saya sudah mengagalkan diri sebagai Caleg 2024 dan tahun politik berikutnya, bahkan ungkapan kegagalan itu sudah ada sedari saya mengisi menthoring atau kajian islam di Rohis SMA.

Saya tahu batasan diri dengan menggunakan batasan ini mengetahui area mana saja yang bisa saya jangkau untuk aktif, berkontribusi dan berkarya di sana. Bersyukur circle saat ini mendukung juga membantu saya tumbuh dan berkembang sesuai dengan waktu, potensi, dan keahlian.

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...