Langsung ke konten utama

Tidak Memberikan Label kepada Emosi

Emosi yang muncul dalam diri manusia akan diterjemahkan oleh pikiran dan dianggap sebagai kenyataan. Munculnya emosi merupakan respon dari otak area amigdala. Amigdala adalah area otak yang bertanggung jawab untuk mendefinisikan dan mengendalikan emosi. 

Manusia juga merespon emosi hasil dari reaksi hormonal. Hormon dopamin muncul ketika kenyamanan, motivasi, kecanduan. Hormon serotonin untuk mengatur suasana hati, tidur dan nafsu makan. 

Dengan tahu bahwa emosi ini akan selalu ada dalam diri manusia, berarti tidak dapat menghilangkannya selama pikiran kita aktif, nah kalau pikiran non aktif sejenak dengan latihan tertentu apakah mungkin emosi juga berhenti sejenak.

Menurut saya mungkin saja, selama latihan tersebut bukan latihan yang menguatkan pikiran, melainkan pikiran diletakkan sejenak dan di sana akan terjadi lompatan kesadaran yang membuat emosi menjadi netral di titik nol.

Latihan yang menguatkan pikiran seperti hipnosis yang berpusat pada kekuatan kata-kata yang dimasukkan ke dalam alam bawah sadar. Sugesti dan afirmasi dipakai untuk menciptakan robot yang diprogram dengan kata-kata sugestif, yang dikuatkan adalah pikirannya bukan kesadarannya.

Tidak memberikan label emosi di dalam meditasi terjadi dengan alami, tanpa sugesti dan afirmasi. Latihan yang paling mudah dilakukan adalah dengan tidak menilai apapun yang terjadi dalam aktivitas yang sedang anda lakukan.

Dalam latihan tidak menilai ini menghentikan pikiran sejenak sehingga kita dapat menilai dengan objektif dan kalaupun muncul penilaian yang subyektif hal ini didapatkan setelah kita sudah jernih dalam menilainya.

Pada saat emosi muncul, kita tidak mudah masuk dalam penilaian dan pelabelan emosi, melainkan kita menjadi pengamat yang melihat emosi sebagaimana adanya. 

Jadi biarkan emosi sedih itu muncul namun kita tidak larut dan lama dipengaruhi oleh emosi sedih tersebut, kita menjadi tuan atas emosi yang datang dan pergi.



 

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...