Kalau ingin dipahami oleh orang lain, biasanya dimulai dari siapa yang mau lebih peka dalam merasakan dan memberi perhatian kepada orang lain, pasangan, teman atau orang yang kita sayangi.
Banyak yang bilang kepekaan akan perasaan ini disebut dengan empati. Empati merasakan yang orang lain rasakan dan simpati ikut merasak kasihan namun tidak merasakan yang dirasakannya. Empati dan simpati ini seperti satu koin dengan dua sisi yang berbeda.
Terkadang kita sering menunggu dan menerima maunya orang lain dahulu yang lebih memahami diri kita. Pada dasarnya memang kita lebih senang menerima daripada memberi. Itulah sebabnya memberi bukan tentang kemampuan, namun tentang cinta yang selalu ingin memberikan yang terbaik.
Saya masih kesulitan untuk terlalu peka terhadap orang lain. Mungkin karena dahulu pernah dikecewakan sehingga masih ada perasaan trauma yang belum tuntas
Ternyata pengalaman pernah dikecewakan dan trauma itu masih membekas dan berpengaruh kepada sikap saya yang lebih berhati-hati dalam memberikan perhatian dan empati kepada orang lain.
Tidak ingin salah orang lagi dalam memberikan perhatian, kebaikan dan tentu tidak mau dikecewakan lagi untuk yang ke sekian kalinya. Belajar dari pengalaman hidup dan jangan sampai jatuh di lubang yang sama.
Namun kehidupan seringkali mengajak bercanda dengan perjalanannya yang tidak terduga, bisa saja terulang dan mengalami kekecewaan lagi. Ya, tidak apa-apa, untuk belajar dari pengalaman harus dibenturkan dengan masalah hidup yang sama berkali-kali, itu biasa dan selamat merasakan pengalaman traumatik kembali.
Siapa yang tidak peka? jelas saya sebab tidak mau mengulangi kebodohan dan kekecewaan yang diakibatkan karena terlalu peka. Bersikap masa bodoh nampaknya tidak terlalu buruk untuk dilakukan dalam konteks ini.
Komentar
Posting Komentar