Saya pernah merasakan kehilangan teman selepas lulus kuliah dan ditambah semakin bertambahnya usia jumlah pertemanan pun semakin sedikit. Sudah kehilangan teman, punya teman yang sedikt pula, pada akhirnya saya belajar memaklumi siklus ini yang kayaknya lumrah terjadi di mana sebaiknya lebih fokus membangun karir, rumah tangga dan masa depan.
Efek dari perasaan kehilangan teman ini membuat saya mencari circle baru di komunitas yang benar-benar baru. Ternyata cukup mudah punya jejaring pertemanan yang baru dan lebih luas. Caranya saya cukup bergabung dan aktif di komunitas, setelah itu menyempatkan diri untuk nongkrong bareng dan memperlihatkan keahlian kita di komunitas tersebut.
Pertemanan yang ada di masa lalu perlahan menghilang dan pertemanan yang baru berdatangan. Begitulah konsep people come and go, setiap orang datang dan pergi silih berganti sesuai dengan waktunya masing-masing.
Saya mendengar podcast Pandji Pragiwaksono mengenai pertemanan, dia mengatakan kurang lebih begini, kalau ada teman yang tidak mau lagi silaturahmi dengan kita yang bermasalah adalah mereka, kitanya mah gak ada masalah dan mau berteman dengan mereka.
Saya menjadi paham bahwa untuk pertemanan ini tidak ada yang awet dan terbaik. Saya melihat pertemanan sebagai hal yang biasa saja, tidak lagi istimewa seperti dulu. Tidak ada keharusan bagi saya untuk memberikan perhatian lebih, membelikan kado saat ulang tahun dan silaturahmi ke rumahnya.
Saya menyadari perubahan pemikiran dan lebih memilih pertemanan yang sehat, sehingga pertemanan terseleksi dengan sendirinya. Kebanyakan pertemanan yang saya temui, mereka datang ketika butuh dan pergi ketika mereka sibuk dengan kehidupannya masing-masing.
Saya memperkecil pertemanan saya di lingkup istri dan anak-anak. Orang tua dan adik sudah punya kesibukan, beda rumah dan kumpul ketika punya waktu luang.
Pertemanan yang sering saya bangun adalah dengan istri. Bersama istri saya banyak belajar tentang cara mendidik anak, mengatur keuangan, rencana pendidikan anak-anak, dan merealisasikan mimpi yang kita inginkan bersama.
Dengan anak-anak saya coba bangun kualitas pertemanan dengan mengajaknya bermain bersama di rumah. Walau lebih sering bermain dengan mamah dan teman-temannya, saya mau menyempatkan diri untuk bercanda, bermain berinteraksi dengan mereka.
Komentar
Posting Komentar