Kita sering mendambakan kedamaian pikiran. Rasanya wajar saat kita berpikir, "Saya harus lebih tenang, lebih damai." Tapi, pernahkah kita mempertanyakan ini: Bisakah pikiran benar-benar damai? Pikiran bisa mencoba menciptakan kedamaian, bahkan memaksakan diri untuk tenang, tetapi apakah itu berarti pikiran itu sendiri damai?
Jika dipikirkan lebih dalam, pikiran pada dasarnya selalu sibuk. Ia terus bergerak, meloncat dari satu hal ke hal lain, merencanakan masa depan, menyesali masa lalu, atau khawatir tentang apa yang sedang terjadi. Bahkan ketika kita berusaha mencapai kedamaian, pikiran sibuk menciptakan strategi untuk “menjadi” tenang. Ironisnya, usaha untuk menjadi damai itu sendiri adalah bentuk kegelisahan.
Ketenangan yang kita cari-cari sebenarnya tidak bisa dihasilkan oleh pikiran, karena pikiran itu sendiri adalah sumber kegelisahan. Jadi, pertanyaannya bukan tentang bagaimana membuat pikiran menjadi damai, melainkan menyadari sifat gelisah dari pikiran itu sendiri. Ketika kita memahami bahwa pikiran selalu sibuk, kita bisa berhenti memaksanya untuk tenang.
Barangkali, kedamaian sejati datang bukan saat kita berusaha mencapainya, tapi saat kita memahami dan menerima sifat alami pikiran yang gelisah. Dalam penerimaan itu, kita mungkin menemukan kedamaian yang lebih dalam dari sekadar keheningan pikiran.
Komentar
Posting Komentar