Langsung ke konten utama

Nyawang Karep dalam Psikologi Suryamentaram

 "Nyawang karep" dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram berarti mengamati atau menyadari keinginan-keinginan yang muncul dalam diri tanpa menghakimi. Ini melibatkan proses introspeksi untuk memahami sumber keinginan tersebut dan mengelolanya dengan bijaksana. Dengan nyawang karep, individu belajar untuk tidak diperbudak oleh keinginan-keinginan yang tak terkendali, mencapai ketenangan batin, dan hidup lebih harmonis dan seimbang.

"Nyawang karep" adalah salah satu konsep penting dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram, terutama dalam konteks Kawruh Begja. Secara harfiah, "nyawang" berarti melihat atau mengamati, sedangkan "karep" berarti keinginan atau kehendak. Jadi, "nyawang karep" bisa diartikan sebagai mengamati atau menyadari keinginan.

Dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram, nyawang karep mengandung beberapa aspek penting:

1. Menyadari Keinginan:

   Ini berarti menyadari dan mengamati keinginan-keinginan yang muncul dalam diri tanpa menghakimi atau terlibat terlalu dalam. Proses ini mirip dengan meditasi mindfulness di mana seseorang memperhatikan pikiran dan perasaannya secara objektif.

2. Memahami Sumber Keinginan:

   Dengan mengamati keinginan-keinginan yang muncul, individu dapat memahami sumber atau asal-usul dari keinginan tersebut. Apakah keinginan itu muncul dari kebutuhan dasar, ego, pengaruh sosial, atau faktor lainnya.

3. Mengelola Keinginan:

   Setelah menyadari dan memahami keinginan, langkah berikutnya adalah mengelola keinginan tersebut dengan bijaksana. Ini termasuk menentukan mana keinginan yang harus dipenuhi dan mana yang perlu diabaikan atau ditunda demi kesejahteraan dan harmoni batin.

4.Menemukan Ketenangan Batin:

   Dengan praktik nyawang karep, individu dapat mencapai ketenangan batin karena mereka tidak lagi diperbudak oleh keinginan-keinginan yang tak terkendali. Mereka bisa hidup dengan lebih tenang dan bahagia karena mampu mengendalikan dan mengarahkan kehendak mereka.

Pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari:

- Introspeksi Rutin: Melakukan refleksi diri secara rutin untuk mengamati keinginan yang muncul setiap hari.

- Meditasi: Menggunakan teknik meditasi untuk membantu mengamati dan mengelola keinginan-keinginan batin.

- Pengendalian Diri: Menerapkan pengendalian diri dalam memenuhi keinginan-keinginan tertentu, memastikan bahwa tindakan yang diambil selaras dengan nilai-nilai dan tujuan jangka panjang.

- Kehidupan Seimbang: Mencari keseimbangan dalam hidup dengan tidak terlalu terfokus pada pemenuhan keinginan materi atau ego, melainkan lebih kepada pengembangan diri dan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan lingkungan.

Dengan memahami dan mengamalkan konsep nyawang karep, individu diharapkan dapat mencapai kehidupan yang lebih seimbang, harmonis, dan bahagia sesuai dengan ajaran Ki Ageng Suryomentaram.

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...