Beberapa dari kita ada yang memilih bertahan dengan penderitaan daripada kehilangan seseorang yang dianggap paling berharga membersamai kehidupannya. Alasan utamanya adalah karena bertahan dengan penderitaan masih lebih mending, tidak terlalu sakit ketika kehilangan atau berpisah.
Kondisi dimana sepasang kekasih yang tidak bisa lepas dari hubungannya yang banyak masalah dan lebih memilih menikmati penderitaannya daripada kehilangan kekasih yang dicintai sampai mati.Mari kita urai kerangka berpikir yang kurang tepat dalam kondisi ini. Seseorang yang terus menerus disakiti dan hidupnya diisi oleh rentetan penderitaan yang tidak berhenti-henti, sebenarnya mereka tahu penyebab dan solusinya, pergi dan menjauh dari sumber masalahnya.
Sumber masalahnya adalah pasangan yang toxic, putus dan pergi demi menghindari kerusakan pada dirinya sendiri yang lebih parah. Namun solusi ini tidak mudah dilakukan karena sudah terjebak kepada pola berulang dan ketergantungan dengan sumber masalah tersebut.
Terjebak pada hubungan yang racun atau toxic relationship membuat kita dalam kondisi rumit, maju kena dan mundur pun kena. Yang kita bisa lakukan adalah bertahan dalam penderitaan, seolah kita kecanduan dengan penderitaan yang menyesengsarakan diri sendiri.
Pola berulang yang letak masalahnya di situ-situ saja, kita sudah khatam bagaimana awal dan akhir dari keseluruhan kejadian yang menimpa secara berulang-ulang. Di samping itu kita akan diseret dengan ketergantungan oleh orang tersebut, meski menyebalkan namun kita mendapatkan sedikit ketenangan dengan tindakan baiknya yang memberikan secercah harapan, nanti ia akan berubah lebih baik.
Memilih bertahan dengan penderitaan yang tidak ada ujungnya merupakan pilihan buruk dari yang terburuk, berpisah yang menyebabkan rasa kehilangan adalah hal yang terburuk dan menghentikan semua harapan.
Untuk itu ia menghindari kehilangan, bertahan untuk tidak kehilangan orang yang ia cintainya yang sekaligus ia benci karena tidak bisa lepas dari hubungan yang tidak sehat ini. Ia menggabungkan cinta dan benci dalam hubungannya, cinta untuk meredakan benci dan benci adalah bara api yang sakitnya digenggam sendiri.
Komentar
Posting Komentar