Ada banyak yang tidak direncanakan dengan begitu matang mengenai masa depan. Mulai dari punya rumah, kendaraan baru, jumlah anak, tabungan yang harus dimiliki hingga kekayaan yang idealnya dimiliki di usia tertentu. Itu semua hampir blank, saya pikir itu semua ada waktunya dan akan terkumpul ketika uangnya mencukupi, kalau tidak ya biarkan saja, toh tidak semuanya harus dimiliki secara ideal.
Hati saya cukup minder pada saat ada teman sekolah di perusahaan tempat bekerja punya jabatan pekerjaan yang lebih mapan dan tinggi. Keminderan ini semakin menguat pada saat melihat adanya gap pendapatan gaji perbulan seolah saya adalah pembantu dan teman adalah majikannya. Mau nangis kayaknya tidak perlu, tapi ingin tertawa takut disangka gila.Lama kelamaan saya mulai overthinking memikirkan kok kita beda nasib ya. Beberapa teman saya mendapatkan kemapanan finansial yang lebih baik sedangkan saya masih pas-pasan, maunya sih saya terlihat kaya raya dengan rumah yang bagus dan kendaraan yang mewah. Sayangnya kenyataan menampar diri saya untuk menyadari ketidakmampuan untuk menjangkau kemapanan finansial mereka ini.
Untuk menyenangkan hati dengan mengutip kata bijak, syukuri apa yang ada semuanya adalah anugerah Tuhan, nikmati yang ada dan tidak usah dicari yang tidak ada. Untuk sementara kata bijak ini bisa menenangkan, namun ketika hati sedang panas untuk membuktikan bahwa saya juga mampu membeli yang mereka punya, kayaknya ini waktu yang tepat untuk mengambil hutang di bank atau pinjaman online.
Hebatnya saya bisa mengendalikan dan tahu diri juga kalau untuk bisa sampai seperti mereka, saya harus bekerja lebih keras lagi dan punya usaha sampingan yang penghasilannya bisa mendongkrak penghasilan buruh pabrik di kota Cilegon.
Oleh karena saya menganut hidup santai, jadi kalau sekarang yang saya punya ini belum bisa mencapai kepada kehidupan yang lebih mapan dan berhasil, ya tidak apa-apa. Hadirkan rasa cukup dan rajin-rajin lah berhemat.
Saya paham resiko meminjam uang di bank dengan jumlah ratusan juta, saya harus menderita selama beberapa tahun agar bisa memuaskan keinginan yang tentu tidak akan ada habisnya. Penderitaan itu saya tanggung dengan menjalani tiap hari yang serba kekurangan, sehingga hidup dengan hutang sana sini, gali loba dan tutup lobang.
Hidup yang seperti ini yang tidak santai dan saya tidak mau. Saya sudah menakar jangkauan kemampuan finansial, kalau belum mampu harus rajin menabung dan menunda keinginan yang berlebihan. Tidak harus punya seperti yang orang lain punya toh, mampunya segini ya sudah kita syukuri seadanya.
Pengetahuan mengenai mengendalikan keinginan dan makna bahagia ini penting saya ketahui dengan baik. Bahwa kebahagiaan adalah tentang terpenuhinya keinginan sedangkan kesusahan adalah tidak tercapainya keinginan, maka saya mencoba untuk terus belajar mengendalikannya dengan menghadirkan perasaan cukup serta tidak gampang iri dengan pencapaian orang lain.
Komentar
Posting Komentar