Malam minggu sebelum waktu sholat isya saya langsung bergegas ke Masjid yang menjadi pusat pergerakan Pemuda Hijrah di kota Serang dan sekitarnya. Sesuai dengan perhitungan saya, sampai di pakiran masjid gema azan waktu sholat isya sudah berkumandang dan saya langsung mengambil shaf pertama untuk melakukan sholat sunnah qobliyah.
Tidak disangka tepat di sebelah kanan saya ada senior di lembaga dakwah kampus yang terkenal dengan semangat poligaminya, sampai dia menamakan dirinya Abu Ta'adud yanga artinya bapak poligami. Sengaja saya menundukkan kepala dan tidak mau disapa bersalaman dengannya, pikir saya akan ribet berurusan dengan Abu Ta'adud ini.Masjid yang terbilang kecil ini dipadati para pemuda dan pemudi hijrah, tampilan wajah mereka masih belasan dan 20an tahun, semangat mereka lagi bagus-bagusnya untuk mau hadir pengajian di malam minggu. Sekalian membawa pacarnya, pengajian ini bagus untuk tempat ngedate yang islami, semacam pacaran islami yang ngedatenya aja di masjid mendapatkan pahala.
Selesai berdzikir selepas sholat isya, langsung kabur keluar masjid menghindari pertemuan dengan Abu Ta'adud sekaligus bergantian dengan jamaah yang belum melaksanakan sholat isya berjamaah. Saya ambil posisi duduk yang paling belakang dan beralaskan sendal untuk duduk. Sesekali saya ambil foto dan video untuk keperluan Insyaf Story biar dianggep pemuda hijrah juga.
Saya merasakan kembali vibes pengajian yang lumayan lama sudah saya tinggalkan, seingat saya terakhir pernah ikut kajian salafy di Cilegon, pematerinya masyhur sebagai penggerak Salafy di Indonesia, Ustadz Firanda. Selepas itu saya tidak lagi ikut pengajian, bukan karena malas, ini karena ketidakcocokan dengan materi yang disampaikan oleh pematerinya, terlepas dari bagus dan nyunnah banget isi materinya.
Daripada mendengarkan isi kajian, saya lebih suka mengamati anak muda mudi yang datang di pengajian, kesigapan panitia mempersiapkan acara, mengatur parkiran dan lalu lintas di jalan, pemisahan jalur ikhwan akhwat. Saya menilai isi pengajiannya cocok untuk anak muda, gaya bicaranya memikat pendengar terlihat dari style berpakaian ustadznya, intonasi naik turunnya suara, selalu diselingi cerita nabi dan para sahabat, jokes yang lumayan lucu serta bahasan kekinian yang relate dengan anak muda.
Pelopor gerakan pemuda hijrah di sini ad;aah Ustadz Mahruroji, background beliau pernah mengajar di sekolah Salafi dan keluar dengan mendirikan yayasan Islam ditambah bergabung dengan gerakan pemuda hijrah yang meramaikan di kajian Ta'lim Cloud digeser dengan nama baru Time Break.
Masjidnya terletak di perumahan elite meski masjidnya tidak luas, di halamannya dipakai untuk pengajian digelar dengan karpet dan hijab. Hujan tiba, kajian pun bubar, settingan pengajian pemuda hijrah ini memang di buat santai dan menarik minat ratusan anak muda yang biasanya meramaikan tempat kopi kekinian, ditarik sebentar di masjid dan sepulangnya baru mampir ke tempat kopi yang dekat dengan masjid tersebut.
Untuk berulang kali ikutan pengajian seperti itu saya sendiri memilih tidak lagi, jelas tidak cocok dan banyak tidak nyambungnya dengan pemikiran saya saat ini. Terkecuali ada keperluan bahan menulis, mengamati pergerakan mereka dan memenuhi rasa penasaran saja, bagaimana sih mereka bisa mengadakan pengajian yang didatangi banyak anak muda di kota Serang dan sekitarnya.
Ternyata perjuangan gerakan Tarbiyah dulu mengisi dakwah di Sekolah membuahkan hasil. Ada banyak pemuda pemudi yang mau belajar Islam bahkan sekarang sudah menjadi tren anak muda, yang dipelopori oleh Ustadz Hanan Attaki dengan Pemuda Hijrah (shift) di Bandung. Tren Hijrah ini diminati anak muda karena bisa menampilkan kesolehannya di media sosial, mereka butuh pengakuan tersebut dan beberapa tahun ke depan tren ini akan semakin ramai kemudian akhirnya ditinggalkan juga.
Tren ini paling lama bertahan selama 10 tahun ke depan, bertahannya tren pengajian pemuda hijrah disebabkan oleh hausnya pengakuan kesolehan di mata banyak orang, terlepas mereka ini beneran soleh atau bohongan. Setelah tren ini surut, anak muda yang sedang labil dan mencari jati diri ini akan kembali ke sifat aslinya yang lebih suka senang-senang nongkrong bersama temannya.
Saya lihat beberapa ada yang tidak sholat isya berjamaah yang indikasinya mereka datang telat dan datang pengajiannya saja. Keperluan jamaahnya untuk pengisi status media sosial, foto-foto narsis bersama teman-temannya sedangkan materinya tidak terlalu diperhatikan. Namun kita lihat ini gerakan kebaikan yang semoga jadi wasilah hidayah bagi anak muda yang sedang belajar Islam dan mengendal Tuhannya.
Komentar
Posting Komentar