Isu Jokowi 3 periode sudah bergulir dengan majunya Gibran sebagai wakil presiden mendampingi Prabowo. Nampaknya Jokowi lebih suka dengan pemenangan capres 2024 memenangkan Prabowo Gibran daripada usungan PDI P, babak baru dinamika politik Indonesia yang menarik dan penasaran dengan hasil akhirnya bagaimana juga seperti apa.
Kemudian lumrah saja jika Jokowi mengulurkan bantuan kekuasaan politik kepada anaknya, di samping memberikan dukungan abu-abu kepada partai pengusungnya. Kalau dibukukan, kisah politiknya Jokowi ini banyak adegan plot twistnya, yang kita pikirkan politik Indonesia ya begini-begini saja, ternyata ada adegan tidak terduga yang membagongkan banyak orang.Peluang Jokowi beserta keluarganya berada di lingkaran kekuasaan bisa diperpanjang durasinya dengan kemenangan Prabowo Gibran. Setidaknya bisa 25 tahun atau bahkan lebih.
Skemanya sudah terlihat dengan jelas dengan hitung-hitungan 5 tahun Gibran menjadi Wakil, di putaran pilpres berikutnya bisa mencalonkan diri sebagai presiden yang mungkin bisa bertahan selama 10 tahun. Belum ditambah dengan majunya Kaesang dan Boby di bursa pencapresan, Kaesang 10 tahun dan Boby juga 10 tahun, diwariskan menunggu cucunya Jokowi besar, Janetes kandidat calon presiden berikutnya. Kalau cucunya kejauhan, masih ada istri dan menantunya yang ikut maju sebagai calon presiden.
Mungkin ini pengaruh Indonesia dulunya menganut sistem negara dalam bentuk kerajaan atau dinasti, dimana anak cucu raja bisa melanjutkan tahta kerajaan. Sistemnya demokrasi tetapi dalam aplikasinya masih melanjutkan sistem kerajaan yang lekat dengan nepotisme.
Kalau mau melebihi rekor berkuasa Soeharto selama 32 tahun, Jokowi tentu mampu, bedanya diwariskan oleh anak, menantu dan cucunya. Melihat politisi begitu pragmatis dan senang mengantongi uang serta kekuasaan, ini memuluskan agenda politik kekuasaan Jokowi beserta anak cucunya.
Politisi lebih senang menggunakan kekuatan rakyat tanpa perlawanan politik yang mereka lakukan sendiri. Mereka melempar batu sembunyi tangan, nama baik dan kekuasaan mereka aman, cukup rakyat yang kotor dan baku hantam satu sama lain.
Nah kalaupun menjadi oposisi, perlawanan sebagai oposisinya berlaku temporal, di lain waktu bisa ikut bergabung koalisi untuk mendapat uang serta kekuasaan yang fungsinya menambah amunisi mesin politik.
Komentar
Posting Komentar