Langsung ke konten utama

Ngurusin Keruwetan Orang Lain

Ada keseruan tersendiri kalau sampai bisa membantu orang lain dengan cara ngurusin keruwetan orang lain tersebut, semacam tugas kemanusiaan yang pahalanya pasti berlipat ganda. Keseruan ini sering saya cari di setiap orang yang saya kenal ataupun orang yang baru saya kenal. Sungguh mulia hati baik saya ketika itu.

Sayangnya sekarang sudah tidak lagi seperti itu, saya lebih menjalani hidup yang realistis dengan kebutuhan dan keuntungan diri saya sendiri, bukan dengan ngurusin orang lain dan keruwetan yang menyertainya.

Alasannya ada banyak, ada kecewa karena tidak sebanding dengan pengorbanan yang diberikan. Terlalu mengutamakan orang lain daripada diri sendiri sehingga sering dirugikan dan kurang peduli terhadap kebutuhan diri.

Saya pikir saya saja sudah cukup ruwet, mengapa harus ngurusin keruwetan orang lain yang sebenarnya saya tidak tahu diri dan ngurusin hal yang nyusahin diri sendiri. Ternyata ada perlunya juga kita egois, untuk sekedar memenuhi panggilan hati kita dengan menuruti yang benar-benar kita mau.

Prinsip mendahulukan orang lain daripada diri sendiri tidak lagi berlaku bagi saya. Orang lain sudah punya tanggung jawabnya masing-masing dan tidak harus saya yang bisa membantu. Kalau ada orang lain yang lebih mampu menolong mereka, mengapa harus saya yang ikut bantu ngurusin keruwetan orang lain.

Bagi saya keruwetan diri sendiri itu hanya bisa diselesaikan oleh perjuangan diri kita, bukan dari bantuan orang lain. Orang lain tidak perlu disusahkan urusan hidupnya dengan membantu saya, toh kita tau kalau tidak ada kesulitan yang melampaui batas kemampuan diri.

Biarkan orang lain menderita sendiri karena keruwetannya, masih ada Tuhan dan orang lain yang lebih pantas membantunya. Saya pun sedang mengurusi ruwetnya kehidupan yang tidak ada selesai-selesainya. Saya sendiri yang menyelesaikannya, bukan orang lain. Jangan menyusahkan dan merugikan orang lain.

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...