Ada keseruan tersendiri kalau sampai bisa membantu orang lain dengan cara ngurusin keruwetan orang lain tersebut, semacam tugas kemanusiaan yang pahalanya pasti berlipat ganda. Keseruan ini sering saya cari di setiap orang yang saya kenal ataupun orang yang baru saya kenal. Sungguh mulia hati baik saya ketika itu.
Sayangnya sekarang sudah tidak lagi seperti itu, saya lebih menjalani hidup yang realistis dengan kebutuhan dan keuntungan diri saya sendiri, bukan dengan ngurusin orang lain dan keruwetan yang menyertainya.Alasannya ada banyak, ada kecewa karena tidak sebanding dengan pengorbanan yang diberikan. Terlalu mengutamakan orang lain daripada diri sendiri sehingga sering dirugikan dan kurang peduli terhadap kebutuhan diri.
Saya pikir saya saja sudah cukup ruwet, mengapa harus ngurusin keruwetan orang lain yang sebenarnya saya tidak tahu diri dan ngurusin hal yang nyusahin diri sendiri. Ternyata ada perlunya juga kita egois, untuk sekedar memenuhi panggilan hati kita dengan menuruti yang benar-benar kita mau.
Prinsip mendahulukan orang lain daripada diri sendiri tidak lagi berlaku bagi saya. Orang lain sudah punya tanggung jawabnya masing-masing dan tidak harus saya yang bisa membantu. Kalau ada orang lain yang lebih mampu menolong mereka, mengapa harus saya yang ikut bantu ngurusin keruwetan orang lain.
Bagi saya keruwetan diri sendiri itu hanya bisa diselesaikan oleh perjuangan diri kita, bukan dari bantuan orang lain. Orang lain tidak perlu disusahkan urusan hidupnya dengan membantu saya, toh kita tau kalau tidak ada kesulitan yang melampaui batas kemampuan diri.
Biarkan orang lain menderita sendiri karena keruwetannya, masih ada Tuhan dan orang lain yang lebih pantas membantunya. Saya pun sedang mengurusi ruwetnya kehidupan yang tidak ada selesai-selesainya. Saya sendiri yang menyelesaikannya, bukan orang lain. Jangan menyusahkan dan merugikan orang lain.
Komentar
Posting Komentar