Langsung ke konten utama

Labelling

Pelabelan seseorang terhadap benda gunanya untuk mengetahui nama dan identitasnya. Mirip-mirip dengan hal tersebut, pelabelan terhadap seseorang pun kita gunakan untuk memberikan nama khusus dan identitas diri yang melekatinya.

Dikatakan orang tersebut sering bermain panahan, karena kita melihat di media sosial atau melihat langsung kemampuannya bermain panahan, maka untuk mempermudah ingatan, kita sebutkan oh.. Roby yang suka maen panahan itu. Sampai merekomendasikan siapa saja yang ingin berlatih panahan, tinggal hubungi Roby.

Kira-kira begitu biasanya awal mula tercipta pelabelan terhadap seseorang. Kesan apa yang muncul dibenaknya untuk mengingat berdasarkan aktivitas rutin yang ditampilkan atau punya ciri khas tertentu. Jadi orang lain memperhatikan ciri khas apa yang tampak di tubuh fisik, hobi, pekerjaan dan seterusnya.

Ada labelling yang baik dan ada juga yang buruk. Hal ini berkaitan dengan standard moral yang ada, pemberian label yang baik akan tersematkan dengan sendirinya ketika moral yang sering ditampakkan di media sosial. Pelabelan yang disimpulkan dengan seenaknya melalui penilaian subyektif.

Respon pelabelan diri kita, ada yang diterima begitu saja karena tidak berpengaruh apa-apa. Ada juga yang menolaknya dengan keras karena dampaknya dapat merusak nama baiknya. Untuk memperbaiki citra diri, maka klarifikasi dan membuktikan bahwa dirinya tidak seburuk mengenai apa yang dituduhkan padanya.

Bagi saya sebaik dan seburuk apapun keaslian diri anda, tidak perlu pengakuan orang lain. Sebagai orang yang bebas dan merdeka dengan segala tindakan, kita dapat mempertanggungjawabkan segala hal yang pernah dikatakan, dituliskan dan yang dilakukan. 

Karena bagi yang mencintai tidak akan membutuhkan penjelasan apapun dan yang membenci akan tetap membenci walau sudah menjelaskan maksud baik perbuatan.

Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...