Menghafal dan membaca kembali nilai-nilai yang tertuang 9 nilai utama Gus Dur, teringat mirip-mirip ketika saya menghafal 10 baiat atau arkanul baiat Ikhwanul Muslimin (IM) yang dipopulerkan oleh Hasan Al Banna.
Akan tetapi isinya tentu berbeda, kalau di arkanul baiat di awali dengan al fahmu dan di akhiri dengan ats tsabat, di 9 nilai utama Gus Dur di mulai dengan ketauhidan dan dituntaskan dengan kearifan tradisi.
Bagi saya, perbedaan ini membedakan nilai perjuangan yang dianut. Yang saya cermati bahwa 9 nilai utama Gus Dur ini punya daya jangkau yang melampaui zaman dan membumikan nilai universalitas yang dapat diterima oleh semua kalangan yang berbeda agama ataupun pemikiran.
Boleh dibilang ketika seorang yang beragama islam yang memaknai dan mengamalkan 9 nilai utama Gus Dur mengarahkan kepada ketakwaan. Bukan hanya itu seorang yang menganut agama Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Khonghucu dapat bertakwa.
Dalam artian takwa melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Semua agama mengajarkan kebaikan dan menolak kejahatan, yang disimulasikan pada diksi ketakwaan.
Lantas bagaimana bagi yang ateis dan agnostik? Tentu 9 nilai utama Gus Dur ini tetap mengantarkan kepada ketakwaan. Alasannya karena isi kandungan universalitas yang terdapat di dalamnya dapat merangkul siapapun tanpa terkecuali.
9 nilai utama Gus Dur yang merupakan intisari pemikiran, sikap dan langkah Gus Dur yang dapat diamalkan oleh siapapun yang ingin meneladani kebijaksanaan seorang Gus Dur, yakni: ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kesatriaan, dan kearifan tradisi.
Komentar
Posting Komentar