Untuk mengenal Tuhan dan beragama dengan dogamtis itu mudah, tinggal mengikuti saja yang sudah ada, ready use. Menggunakan kaedah sami'na wa atho'na, semuanya menjadi kelar begitu saja. Bagi saya yang selalu belajar, penasaran, tidak cukup rasanya jika menerima beragama dan berTuhan yang sudah 'ready use', saya mau mengkaji dan menyelami nya langsung, bukan lagi katanya.
Seperti halnya yang di lakukan oleh berandalan, saya lebih senang melakukan segala semau gue, nakal dalam berTuhan dan beragama. Merdeka tanpa aturan harokah apapun, qiyadah, imam, amir siapapun, bahkan aturan dan syarat agama manapun. Ketika ada perintah sholat saya selami rasa khusyu nya dan manfaatnya dan jika sholat yang di lakukan hanya gerakan biasa seperti olahraga tanpa ruh dan khusyuan, saya akan tinggalkan. Begitupun dengan ibadah ibadah lainnya sudah saatnya yang bersifat dogmatis di hancurkan, di ganti dengan pemaknaan, substansial dan penghayatan.
Saya memaknainya sebagai berandalan berTuhan, berandalan sampah yang sedang menyelami syahadah. BerTuhan, bukan mempunyai Tuhan karena Tuhan bukan untuk di miliki, bukan untuk di sembah, bukan karena memiliki fungsi dan manfaat. BerTuhan tanpa tujuan. Haha.. Tidak jelas bukan? Ya.. Karena tujuan adalah penjara mind.
Cilegon, 19052017
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar