Langsung ke konten utama

Pergi dan Jangan Kembali

Aku masih ingat malam itu, tepat di serambi masjid kampus, udara dingin, tapi kata-kata yang keluar lebih panas dari kopi yang belum sempat kuminum. “Kalau memang nggak cocok lagi, pergi saja. Tapi jangan kembali.” Kalimat itu datang dari seorang kawan seperjuangan, atau dulu kusebut begitu.

Lucu, ya. Dulu kami sama-sama teriak soal ukhuwah, solidaritas, bahkan katanya sampai surga bareng-bareng. Tapi rupanya surga pun ada pintu keluarnya. Aku dianggap mengkhianati “jalan lurus” hanya karena mulai bertanya, hanya karena bilang bahwa hidup tidak bisa selalu dilihat hitam putih.

Aku pergi tanpa drama, hanya meninggalkan buku-buku yang dulu kucatat penuh semangat. Bukan karena aku benci, tapi karena aku bosan dengan kaku. Bosan dengan klaim “kami paling benar”, seakan Tuhan punya satu cabang resmi di bumi, lengkap dengan kartu anggotanya.

Sekarang aku berjalan sendiri, kadang tersandung, kadang bingung. Tapi anehnya, aku lebih tenang. Tidak lagi sibuk mengukur iman orang lain, tidak lagi terbebani harus selalu terlihat saleh di depan jamaah.

Sesekali, ada pesan masuk: “Kapan balik lagi?” Aku tersenyum. Mereka pikir aku tersesat. Padahal, mungkin justru aku sedang pulang ke diriku sendiri.

Pergi dan jangan kembali—itu dulu ancaman. Tapi sekarang, aku justru berterima kasih. Karena kalimat itulah yang membuatku berani menutup pintu, dan membuka jendela yang lain.


Komentar

Tulisan Populer

Apa Beda Suka, Senang, dan Cinta?

Apa beda suka, senang, dan cinta? Selama anda masih belum bisa membedakan ketiga hal itu, maka anda akan salah dalam memaknai cinta. Saya ilustrasikan dalam cerita, Anda membeli hp Android karena melihat banyak teman-teman yang memilikinya dan terlihat keren, saat itu anda berada di wilayah SUKA. Dan suka merupakan wilayah NAFSU. Ketika anda mengetahui fitur, fasilitas dan manfaat Android yang lebih hebat dibandingkan HP jenis lain, maka saat itu anda berada diwilayah SENANG. Dan senang itu tidak menentu, dapat berubah-ubah tergantung kepada MOOD. Saat BOSAN, bersiaplah untuk mengganti HP jenis baru yang lebih canggih. Jadi jelaslah bahwa, Selama ini CINTA yang kita yakini sebagai cinta baru berada dalam wilayah SUKA dan SENANG. BOHONG! Jika anda berkata, gue JATUH CINTA pada pandangan pertama. Sesungguhnya saat itu anda sedang berkata, gue NAFSU dalam pandangan pertama. Mengapa demikian? Karena cinta yang anda maknai baru sebatas SUKA. Suka dengan wajahnya yang cantik, se...

Benturan antara Idealisme dan Realitas

Sendy, sosok aktivis pergerakan mahasiswa yang idealis dan bertanggung jawab dalam memegang amanah di organisasinya. Dalam aksi, dia sering menjadi koordinator lapangan, mempimpin aksi. Mulai dari kebijakan kampus hingga kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang tidak memihak kepada rakyat maka Sendy pasti membelanya dengan mengadakan aksi jalanan. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya saat orasi, seolah menghipnotis yang mendengarnya, karena di bawakan dengan semangat dan mampu menggerakan massa dengan baik. Selang 6 tahun, saat ia meninggalkan kehidupan kampus dan menjadi pengusaha. Sendy menjadi opportunis dan pragmatis. Mengapa? Karena uang lah yang menjadi segalanya, dan kepentingan lah yang menjadi prioritasnya. Bukan karena lupa nya idealisme yang ia pegang selama ia jadi mahasiswa, namun semuanya berubah ketika uang berbicara. Apalagi saat ini Sendy telah berkeluarga dengan Fenny, aktivis pergerakan mahasiswi yang satu organisasi dengannya. Sendy dan Fenny memiliki 3 ora...