Adalah sejumlah keegoisan yang selalu ingin menang sendiri. Tidak terbantahkan dan suka menutut.
Kesalahan merupakan keburukan sekaligus pembelajaran kebaikan bagi yang mau memperbaikinya.
Tidak akan pernah nampak kebenaran jika dalam anggapan nya sudah menyimpan dan mengawetkan keburukan yang sudah menempel lama di diri orang tersebut.
Seperti dalam penggalan bait lagi Ebiet G Ade; apakah bila terlanjur salah? Akan tetap di anggap salah. Tiada waktu lagi benahi diri, tiada tempat lagi untuk kembali.
Dari situ muncul lah sejuta tawa. Menertawakan segala hal yang seharusnya tidak di perdebatkan, menertawakan kebodohan dan kesalahan diri, menertawakan semua nya yang terlintas dalam pikiran dan perasaan.
Luapan tawa itu mengalir menjadi sukacita dalam melihat kehidupan.
Memang tidak ada yang harus di bela mati matian, tidak ada yang pemaksaan kehendak untuk sama semua, tidak ada perbaikan kepada orang lain dengan hinaan dan perkataan buruk karena itu akan semakin merusaknya.
Di akhir tawa, ada tangisan yang menanti. Tangisan yang menumpahkan isi hati yang terdalam. Tentang semua perasaan yang menjadikan tangisan sebagai cara untuk menyelesaikan dan melegakan suasana hati ketika itu.
Tangisan yang membuat hati nya, plong.
Di ujung senja ini, kita tertawa dan menangis bersama. Untuk merayakan tiap momen yang telah silih berganti hadir di kehidupan ini.
Masa lalu dan masa depan memimpin jalan pikiran untuk merasakan tawa dan tangis yang silih dan berganti.
Ada momen saat ini yang jarang kita nikmati. Menyadarinya dan hidup dalam saat ini, di sini.
Cilegon, 29112017
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar